Dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini, imun tubuh perlu kuat. Kuliah online, tugas menumpuk, mikir untuk bayar UKT, beli kuota dan belum lagi mama kos yang sudah gebrak-gebrak pintu karena uang kos nunggak. Argh, bikin pusing tujuh keliling. Uang makan pas-pasan harus super menghemat.
Tahu dan tempe begitu diperlukan oleh anak-anak kos agar dapat menjadi asupan protein, supaya enzim dan hormon dalam tubuh yang terkuras habis akibat kebanyakan stres dapat dipulihkan kembali. Nah, salah satu fungsi protein adalah menghasilkan enzim dan hormon yang dapat menjaga fungsi sel dan organ tubuh. Selain itu, membantu memperbaiki jaringan sel agar dapat bekerja dengan optimal akibat terlalu banyak stres.
Akibat ketergantungan bahan baku impor tersebut, mau tidak mau harga tahu dan tempe pun menjadi tidak stabil. Sebagaimana barang impor yang terpengaruh fluktuasi nilai tukar, maka pilihan para produser yaitu antara menaikkan harga atau mengecilkan volume tempe dan tahu. Kalau sudah seperti sekarang ini, kami pun makin menjerit.
Mau beli ikan asin, tapi kemahalan harganya. Satu-satunya makanan yang sehat dan murah bagi anak kos adalah tempe dan tahu. Yah, akhirnya harus makan mie instan walaupun tidak sehat tapi mau bagaimana lagi, daripada mati kelaparan. Padahal selama ini, kebanyakan mahasiswa yang tinggal di kos-kosan rela makan nasi campur tahu dan tempe goreng yang dibaluri kecap manis setiap hari, hanya demi terpenuhinya asupan protein dan menghemat budget bulanan.
Buat kalian anak kos yang merupakan para kompasianer, kemungkinan salah satu cara agar bisa mendapatkan pemenuhan gizi adalah memperbanyak tulisan di Kompasiana dengan kualitas tulisan yang bagus biar akhir bulan dapat K-reward. Wkwkwk.. Atau kalian juga dapat mengikuti berbagai lomba. Usahakan lomba yang diikuti dapat juara biar hadiahnya bisa beli makan yang enak. Hehehe.. Kalian pasti seperti itu bukan? Hayo ngaku, jangan malu-malu.
Harapannya, semoga mimin Kompasiana yang baik hati mau buat banyak-banyak lomba di Kompasiana biar kita mahasiswa bisa ikutan dan dapat banyak hadiah. Kalau beberapa bulan ke depan tidak ada lomba, ya kita makan mie instan saja sembari menunggu harga kedelai turun. Ahahaha...
Akhirnya, dalam melihat fenomena ini pemerintah perlu bertindak tegas agar  masalah harga kedelai bisa terkontrol dengan baik. Serta perlu mengembangkan para petani dan mendorong mereka dalam membudidaya kedelai. Tujuannya, agar kita tidak perlu impor-impor lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H