Ada pula siswa yang sangat pandai meniru gerakan misalnya menari, bela diri dan hal-hal berkaitan dengan olahraga namun mereka susah mengikuti pelajaran teori di kelas. Orang seperti ini lebih suka pelajaran praktek sekali lihat pasti bisa mengikutinya.
Ada pula siswa yang dengan realistis bisa melukis, komposisi warna-warna yang dipadukan seakan membuat gambaran terlihat hidup. Atau misalnya, siswa yang pandai bermain alat musik hampir semua alat musik bisa dia mainkan. Dan terakhir siswa yang sangat pintar tapi mempunyai akhlak buruk dan masih banyak contoh lainnya. Demikian beberapa contoh dari kelompok kecerdasan yang dimaksudkan oleh Gardner.
Lalu, apa kaitannya dengan mengatakan bahwasanya seorang profesor atau yang punya gelar akademik lainnya belum tentu lebih pintar dari seorang lulusan SMP?
Jika dalam aspek kecerdasan logika dan bahasa, profesor boleh saja pintar tapi belum tentu dengan aspek  yang lain misalnya spiritual.
Misalnya yang membuktikan kalau orang  tidak bersekolah tinggi juga punya kecerdasan yang tidak bisa diremehkan, sekalipun seorang profesor  akan kalah dengan mereka.
 Mari kita lihat para ilmuan besar dunia sebut saja Thomas Alva Edison, ilmuan terkenal tersebut ternyata tidak pernah bersekolah pada masa kecilnya dia diberikan pelajaran secara privat di rumah oleh ibunya, lantaran semasa kecil dia sakit-sakitan. Nama lain yaitu Jane Goodall, Ilmuwan terkemuka Inggris tanpa gelar sarjana tapi hebatnya dia merupakan primatolog dan antropolog Inggris. Ia diakui sebagai peneliti simpanse terbaik di dunia. Serta masih banyak lagi ilmuan lainnya.
Jika gelar akademik misalnya seperti doktor atau profesor sebagai ukuran kecerdasan pada seseorang, lantas bagaimana dengan para profesor yang terjerat berbagai tindakan kejahatan? Sebut saja yang sudah tidak lazim di telinga kalian seperti Nazaruddin Syamsudin, terpidana kasus korupsi Komisi Pemilihan Umum dieksekusi dari rumah tahanan Kepolisian Daerah Metropolitan Jaya ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta pada pertengahan Februari tahun 2007.Â
Dia merupakan seorang profesor lho bayangkan, atau kita sebut nama lain Dr. Azahari bin Husin, Ph.D. adalah seorang insinyur Malaysia yang diduga kuat merupakan otak di belakang Pengeboman konsulat Filipina 2000, Bom Bursa Efek Jakarta, Bom Malam Natal 2000, Bom Plaza Atrium 2001 dan kasus lainya. Serta masih banyak deretan nama lainnya. Jadi, jelas bukan?
Di satu sisi mereka cerdas tapi dalam aspek spiritual tidak seperti demikan. Ilmu yang dimiliki, mereka gunakan untuk menyusahkan orang lain.
Apakah lantas mereka disebut cerdas? Tentu, tidak! Orang cerdas adalah mereka yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki agar dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.