Dunia kampus memang dipenuhi orang-orang intelektual, tempat dimana manusia-manusia yang haus akan ilmu berkumpul untuk meminum sumber air kehidupan sebagai bekal mereka di masa depan.
Ada dua makluk di dunia kampus yang paling disoroti yaitu dosen sebagai pengajar dan mahasiswa yang merupakan para musafir pengejar ilmu. Dua kelompok manusia ini saling membutuhkan satu sama lain.
Terlepas dari semua itu, kita perlu tahu bahwa dalam dunia kampus banyak sekali fenomena yang terjadi. Fenomena itu tercipta tak lain dari mahasiswa dan dosen itu sendiri. Pada tulisan saya kali ini, saya ingin mengulik fenomena-fenomena tersebut.
Sebagai seorang mahasiswa, saya akan lebih menyoroti dosen sebagai pengajar dan sistem kampus yang terkesan kolot. Ya, saya tau kita mahasiswa juga mempunyai banyak sekali persoalan, maka dari itu kita membutuhkan dosen untuk bisa memberikan pencerahan bagi kita.
Baca Juga: Basa Basi Kurang Aksi, Apa Pentingnya Organisasi bagi Mahasiswa?
Ada tipe-tipe dosen yang mungkin membuat mahasiswa begitu kurang nyaman di dunia kampus, apalagi mereka membuat kampus seakan seperti tempat penjajahan. Hal tersebut akibat kebijakan-kebijakan yang mereka buat terkesan tak bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Aturan dibuat mengikuti gaya dan kemaun mereka. Kebijakan yang dibuat dan diambil oleh para pemimpin di kampus juga terkesan tidak menguntungkan mahasiswa.  Sebelum saya lanjut lebih jauh, saya perlu disclaimer bahwa apa yang saya tulis  tidak semua kampus maupun dosen seperti demikian hanya saja ada kumpulan-kumpulan  tertentu kedapatan memiliki karakter demikian.
Kampus Merdeka, Dosen Kolonial
Bapak Nadiem Anwar Makarim ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan, beliau banyak sekali melakukan terobosan, terutama pada pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Salah satu program luar biasanya adalah Kampus Merdeka. Bagi saya beliau merupakan Menteri Pendidikan yang sangat mengerti persoalan dunia pendidikan kita.
Kampus Merdeka sendiri dibuat oleh mas menteri, dengan tujuan agar dapat membuat  mahasiswa bisa lebih mempelajari hal-hal baru di luar kampus dan mengembangkan skill serta kreativitas mereka, agar nantinya dapat mempersiapkan mahasiswa untuk siap terjun ke dunia kerja.
Kebijakan dari Kampus Merdeka  benar-benar memberikan ruang buat mahasiswa agar bisa lebih merdeka dalam proses menuntut ilmu, dimana Kampus Merdeka memberikan kesempatan pada mahasiswa agar dapat menggambil SKS di luar prodi, selama tiga semester terbagi dari 1 semester kesempatan mengambil mata kuliah di luar program studi dan 2 semester melaksanakan aktivitas pembelajaran di luar perguruan tinggi.