Kumat-kamit rindu pada jumat yang rumitÂ
tiba-tiba mencoret awan putih dengan sebait puisiÂ
segelas kopi pahit tanpa sengaja pamit menuju rongga mulut
setiap tetesannya ada kenangan saling beradu
kemudian ditinggalkannya endapan rindu
ciuman manis menggaris pelipis
dua ekor belibis bermesraan di tepi telaga
mata memandang rayuan menendang
angin sepoi-sepoi menghanyutkan dua insan
tenggelam pada samudra cinta
senyuman demi senyuman termaktub
pada katup-katup jantung
berdetak kencang menghasilkan suar
pertanda kebersamaan ini tak boleh berakhir
percikan asmara membakar dada
api berkobar semerah darah
menit bertarung sengit dengan detik
jarum jam berhenti
hati melepaskan empedu
rindu terus bergulat sampai senja tiba
di tepi danau air mulai keruh
dua ekor belibis makin terlarut dalam kemesraan
angin semakin sepoi
langit semakin jingga
asmara makin membara
terlelap sudah keduanya
dalam kenangan indah
Rumah Tiga, 25 Juli 2021