Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Natal, Momentum Kebahagiaan yang Penuh Suka Cita untuk Refleksi dan Evaluasi Diri

25 Desember 2020   16:55 Diperbarui: 25 Desember 2020   17:20 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay

Dua puluh lima Desember merupakan tanggal yang sangat istimewa untuk umat Kristiani di seluruh dunia, Pasalnya pada tanggal ini seorang anak manusia yang suci dan kudus lahir dari dalam kandungan perempuan perawan, lahir dikandang hina .

Dia datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Dia adalah Yesus Kristus sang raja agung, Allah maha kudus yang relah turun kedunia menjadi manusia biasa.Hari natal sering kita rayakan dengan suka cita, semua umat kristen begitu bergembira menyambut hari bahagia ini. 

Kue-kue natal disiapkan, pohon-pohon natal dipasang, Santa Claus berjalan dari rumah ke rumah menemui anak-anak kecil untuk membagikan hadia natal. Lagu-lagu natal nan syadu berkumandang dimana-mana, orang-orang saling bersalaman mengucapkan selamat natal, berpelukan tertawa bahagia, Yesus sang juru selamat telah lahir.Ada semacam tradisi bagi kita di malam natal tepat pada tanggal 24 Desember, pada malam ini seakan menjadi malam yang begitu sakral, mendekati jam dua belas malam pintu rumah sudah dikunci rapat-rapat, semua keluarga telah berkumpul di ruang keluarga. 

Natal menjadi momentum untuk semua anggota keluarga berkumpul, yang mana sejak hampir setahun atau beberapa tahun bahkan puluhan tahun tak bertemu, dihari natal inilah mereka semua akan dipertemukan. 

Malam 24 Desember adalah malam penuh makna, pada malam ini doa-doa dinaikan, lagu-lagu pujian dinyanyikan, masing-masing anggota keluarga dibagi tugas untuk ibada malam ini, biasanya anak-anak akan bertugas untuk membaca Alkitab sedangkan Ayah sebagai kepala keluarga akan bertugas untuk membawah doa syafaat, sedang ibu akan bertugas untuk memimpin ibadah.

Sebelum Ayah memimpin doa biasanya ada sepata kata yang disampaikan, Nasehat-nasehat diberikan untuk keluarganya, yang pastinya ada harapan-harapan yang ingin disampaikan agar kedepan mereka bisa lebih baik, menjadi keluarga yang takut akan tuhan dan saling mencintai satu sama lain. Natal seringkali menjadi ajang diamana akan saling bermaaf-maafan, kesalahan yang pernah dilakukan dan melukai dianggap habis pada hari ini, karena mereka akan saling berpelukan menangis dan menyesali kesalahan masing-masing.

Perayaan hari Natal seringkali dirayakan dengan aktifitas-aktifitas yang jika dilihat sangat bertolak belakang dengan makna dari hari ini sendiri. Orang sering kali merayakan natal dengan kegiatan-kegiatan yang hedon, pokoknya malam natal harus terlihat cantik di mata orang, baju natal yang mahal dibeli, salon-salon kecantikan dipenuhi oleh para wanita, dipasar dipenuhi oleh ibu-ibu untuk membeli perlengkapan natal, Bapak-bapak dan anak laki-laki seakan tak mau ketinggalan berbagi macam jenis petasan diborong dan dibeli dipasar dengan harga yang terbilang mahal. 

Pada perayaan ibadah natal gereja yang biasanya pada hari-hari biasa sunyi senyap dan kurang pengunjung, malahan pada hari perayaan Natal dipenuhi oleh manusia-manusia yang begitu banyak. 

Natal bukan harus menjadi waktu untuk harus pergi ke gereja, mereka yang pergi ke gerja pada malam natal terlihat bukan untuk menyambut malam natal akan tetapi memamerkan pakaian baru yang dipakai, paras cantik dan ketanpanan yang mereka punya. 

Pergi ke gereja bukan harus pada malam natal baru pergi, akan tetapi setaip minggu haruslah kegereja, coba bayangkan jika pada hari-hari ibada biasa jemaat yang datang mengikuti ibada sama banyak dengan jemaat yang datang pada perayaan hari natal.

Natal sering juga dirayakan dengan mambuk-mabukan dan berpesta pora, biasanya setelah habis ibada natal pada jam duabelas para pemabuk akan berjalan mencari minuman, kemudian minum sampai pagi. Apakah kita harus merayakan hari natal dengan cara seperti ini?, minum alkohol, berpesta pora, hedon, dan huru-hara?

Natal perlu dimaknai sebagai momentum dimana waktu kita merefleksikan diri kita selama setahun, apa yang telah kita buat, kesalahan apa saja yang pernah kita lakukan sepanjang tahun ini?

Semua itu haruslah menjadi perendungan mendalam masing-masing individu, tak perlu baju baru, tak perlu merayakan dengan mewah-mewah, rayaknalah dengan sederhana dan ramah tama, berbagi dengan sesama untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah tuhan berikan selama setahun ini.Selamat hari Natal 25 Desember 2020, kiranya damai natal selalu menyertai kita sekalian. AMIN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun