Mohon tunggu...
Hendra Surya
Hendra Surya Mohon Tunggu... Freelancer - saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor, erlangga dan bhuana ilmu populer

saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor dan bhuana ilmu populer.\r\nBuku-buku karya saya, antara lain:\r\nFiction (Novel): \r\nWarriors of Dream Pursuer, 2013.\r\nBookish Style of Lovemaking, 2013.\r\nReinhart, The Incarnation Five Supreme Knights Of Eirounos, 2013.\r\nRahasia Sang Maestro Cilik , 2009.\r\nReinhart, Titisan Lima Ksatria Agung Eirounos, 2007. \r\nCinta Sang Idola, 2007. \r\nBiarkan Aku Memilih, 2006. \r\n\r\nNon-fiction: \r\nCara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar, 2014. \r\nCara Belajar Orang Jenius, 2013. \r\nStrategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, 2011.\r\nRahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, 2010.\r\nMenjadi Manusia Pembelajar, 2009.\r\nPercaya Diri Itu Penting, 2007. \r\nTim Penyusun, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, 2007. \r\nAgar Perkawinan Menjadi Langgeng, 2006. \r\nKiat Membina Anak Agar Senang Berkawan, 2006.\r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2, 2005. \r\nRahasia Membangun Percaya Diri, 2004. \r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak, 2004. \r\nKiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, 2003.\r\nKiat Mengatasi Kesulitan Belajar, 2003.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Kekurangan Bukan Akhir dari Segala-galanya

17 Agustus 2019   12:41 Diperbarui: 17 Agustus 2019   12:57 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarahan Hendi hampir meledak. Dadanya kembang-kempis menahan gejolak hatinya. Dia siap meradang Hartono dan kawan-kawannya. Hendi sudah tidak peduli kekuatan lawan lagi. Nafsu amarahnya sudah tak terbendung, tangannya terkepal itu langsung diayunkan ke wajah Hartono. Hartono dengan sigap berkelit. Tubuh Hendi terhuyung ke depan. Tiba-tiba Gito mendorong tubuh Hendi dari belakang. Alhasil, Hendi terjatuh terjengkang. Kesempatan ini tak dilewatkan Hartono, makanya dia bermaksud menginjak tubuh Hendi yang sudah tak berdaya...

 Tapi, tiba-tiba muncul Ibu Guru Erika, guru kelas mereka menghardik.

"Hartono hentikan!!!" teriak Ibu Guru Erika melerai pertikaian mereka. Ibu Guru Erika menghampiri Hartono dan Hendi. Teman-teman Hartono langsung mengkeret dan segera melangkahkan kakinya menjauhi Hartono dan Hendi. Mereka takut memperoleh hukuman dari Ibu Guru Erika yang sangat galak itu. Tanpa tedeng aling-aling Ibu Guru Erika langsung menjewer telinga Hartono maupun Hendi. Seketika wajah Hartono menjadi pucat pasi, ketakutan. Sementara mata Hendi berkaca-kaca.

"Awas kalian kalau berkelahi lagi!!!" ancam Ibu Guru Erika. Sebenarnya Ia tahu biang keributan, yaitu Hartono. Ibu Guru Erika sangat prihatin dan kasihan pada Hendi karena cacatnya itu, dia selalu dijadikan objek ejekan dan mainan teman-temannya sekelas. "Dan kamu Hartono... Ibu harap kamu belajar menghargari sesama temanmu! Kekurangan yang dimiliki temanmu jangan kamu jadikan objek olok-olokan, ngerti!!!" sambung Ibu Guru Erika. Hartono menganggukkan kepalanya, sambil menunduk.

"Nah, sekarang kamu Hartono segera minta maaf ama Hendi...!" perintah Ibu Guru Erika. Hartono menjulurkan tangannya pada Hendi, sambil menundukkan kepalanya. Begitu juga, Hendi segera menyambut tangan Hartono. Dijabatnya tangan Hartono dan disaksikan oleh Ibu Guru Erika serta teman-temannya sekolahnya yang berkerumun mengelilingi mereka.

Begitu kedua tangan mereka saling berjabat tangan, terdengar riuh suara tepukan tangan teman-temannya sekolah. Namun, suara tepukan tangan itu terdengar di telinga Hartono seperti palu-godam, menyakitkan. Suatu penghinaan bagi dirinya. Niat baik Ibu Guru Erika itu disalah-artikan oleh Hartono. Hati Hartono tidak terima ia dipermalukan seperti itu  di depan teman-temannya.

Rasa sakit hati Hartono itu dipendamnya rapat-rapat, agar Ibu Guru Erika tidak mengetahuinya. Ada keinginan dalam hati Hartono untuk membuat perhitungan dengan Hendi kelak.

Tak lama kemudian Ibu Guru Erika meninggalkan Hendi dan Hartono menuju kantor Kepala Sekolah. .Begitu juga, teman-teman sekolah lainnya pada berhamburan bermain kembali di halaman sekolah. Tinggallah Hendi dan Hartono berdua saling berhadapan. Hartono menatap tajam wajah Hendi dan melangkahkan kakinya berlalu. Ketika berselisih, Hartono dengan sengaja menyenggol tubuh Hendi dengan bahunya, sambil bergumam.

"Awas kau nanti...!"

Hendi termangu dengar ancaman Hartono.

Untuk kelanjutan cerita ini dapat dinikmati di google play books, ya sahabat.

Salam,

Penulis

Hendra Surya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun