Paradigma konstruktivisme yang dikembangkan penggiat pendidikan pada saat ini adalah berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal. Dalam membelajarkan peserta didik, peserta didik harus berpartisipasi aktif untuk membangun konsep atau pemahamannya step by step (tahap demi tahap) proses belajar. Kita harus mengembangkan keterampilan belajar (learning skills) peserta didik.
Secara umum, jika ditelaah lebih lanjut masalah rendahnya kemampuan daya serap peserta didik, ternyata sebahagian besar bersumber dari masalah internal dari pelajar itu sendiri. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan R.L. Mooney dan Mary Alice Price di Amerika, menyatakan ada 2 kesukaran yang paling menonjol atau paling banyak dialami pelajar, yaitu:
Tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif (don't know how to study efektively)
Tidak dapat memusatkan perhatian dengan baik (unable to concentrate will).
Menyadari berbagai fakta yang telah dikemukakan di atas, maka tugas seorang guru yang baik adalah berusaha mengembangkan inovasi pembelajaran untuk dapat meningkatkan daya serap dan hasil belajar peserta didik dengan pendekatan yang tepat. Untuk itu, kita selaku guru harus mampu membantu memperkenalkan pembelajaran berbasis learning skills (keterampilan belajar).
Tentu sebagai seorang guru berharap dapat melakukan pembelajaran dengan perasaan gembira. Kalau guru menerangkan pelajaran, maka peserta didik pun "langsung nyambung" dan mudah memahami apa yang dijabarkan. Peserta didik pun betah berlama-lama memusatkan perhatian pada pelajaran.Â
Persoalannya, bagaimana mewujudkan harapan tersebut menjadi suatu kenyataan? Perlu diingat, seorang guru bukan "menjejalkan ikan" terus kepada peserta didik, melainkan memberi "kail" pada peserta didik untuk menangkap "ikan" sendiri, sehingga peserta didik tahu bagaimana cara belajar yang baik dan benar. Peserta didik mengetahui cara mengembangkan strategi belajar yang praktis dan efektif menjadi pelajar yang berprestasi dan memiliki kompetensi unggulan.Â
Guru harus mampu memandu peserta didik menemukan cara belajar praktis dan efektif. Bagaimana langkah-langkah cara membuka pikiran, menggiring pikiran, menyusun kerangka berpikir step by step dan kreatif-inovatif dalam mengembangkan kompetensi diri, mengembangkan metodologi belajar, mencari solusi permasalahan yang menghambat peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa bentuk hambatan yang mengganggu proses belajar. [Sumber: Menjadi Guru Ideal. Penerapan Pembelajaran Berbasis Learning Skills (dalam proses penerbitan)].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H