Mohon tunggu...
Hendra Surya
Hendra Surya Mohon Tunggu... Freelancer - saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor, erlangga dan bhuana ilmu populer

saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor dan bhuana ilmu populer.\r\nBuku-buku karya saya, antara lain:\r\nFiction (Novel): \r\nWarriors of Dream Pursuer, 2013.\r\nBookish Style of Lovemaking, 2013.\r\nReinhart, The Incarnation Five Supreme Knights Of Eirounos, 2013.\r\nRahasia Sang Maestro Cilik , 2009.\r\nReinhart, Titisan Lima Ksatria Agung Eirounos, 2007. \r\nCinta Sang Idola, 2007. \r\nBiarkan Aku Memilih, 2006. \r\n\r\nNon-fiction: \r\nCara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar, 2014. \r\nCara Belajar Orang Jenius, 2013. \r\nStrategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, 2011.\r\nRahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, 2010.\r\nMenjadi Manusia Pembelajar, 2009.\r\nPercaya Diri Itu Penting, 2007. \r\nTim Penyusun, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, 2007. \r\nAgar Perkawinan Menjadi Langgeng, 2006. \r\nKiat Membina Anak Agar Senang Berkawan, 2006.\r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2, 2005. \r\nRahasia Membangun Percaya Diri, 2004. \r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak, 2004. \r\nKiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, 2003.\r\nKiat Mengatasi Kesulitan Belajar, 2003.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Nasional

29 Desember 2016   09:52 Diperbarui: 29 Desember 2016   09:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara umum, kalau kita mau melongok praktek pembelajaran di kelas sungguh memprihatinkan. Coba bayangkan, dalam praktek proses pembelajaran di kelas terlihat persentasi anak yang menguasai materi pembelajaran sangat kecil sekali. Kalau boleh dibilang anak mampu melakukan proses pembelajaran dengan benar hanya 10-20 % saja. Itu pun siswa yang dikategorikan anak pintar atau anak cerdas saja. Apalagi, kalau SDM gurunya sangat rendah, bagaimana pula out put yang dihasilkannya?

Jika kita telaah lebih lanjut masalah rendahnya kemampuan daya serap siswa, ternyata sebahagian besar bersumber dari masalah internal dari siswa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan R.L.Mooney dan Mary Alice Price di Amerika, menyatakan ada 2 kesukaran yang paling menonjol atau paling banyak dialami pelajar, yaitu: 

1.   Tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif (don’t know how to study efektively)

2.   Tidak dapat memusatkan perhatian dengan baik (unable to concentrate will).

Selama ini, dalam praktek pengajaran selalu saja timbul dilematis. Kesalahan atau ketidakefektifan pemilihan metoda pengajaran oleh guru tentu berdampak signifikan terhadap pola belajar siswa kita. Metoda pengajaran yang tidak memberi peluang partisipasi aktif siswa secara optimal tentu memberi out put yang rendah dan tidak berkualitas pula. Kondisi belajar seperti ini menyebabkan siswa kita terperangkap pada metoda belajar klasik dalam menjalankan aktivitas belajarnya, yaitu terpaku pada metoda belajar menghafal

Padahal,metoda klasik tersebut hanya membuat siswa hanya pintar membeo dan tataran pengetahuan yang diperolehpun sangat dangkal, yaitu ingatan belaka. Pada anak mudah sekali kehilangan gairah belajar. Anak senantiasa mudah sekali dihinggapi oleh rasa jemu dan rasa bosan dalam belajar. Kemampuan konsentrasi belajar anak pun hanya mampu bertahan antara 10-20 menit saja setiap mengikuti satu mata pelajaran.

Ketidakmampuan anak membangun intensitas konsentrasi belajar ini, bagaimana mungkin anak mampu menguasai materi pelajaran secara utuh. Dengan demikian bagaimana anak mampu mengoperasionalkan ilmu pengetahuan yang dihadapkan padanya. Hal seperti ini membuat wajar, jika mutu produk pendidikan kita sangat rendah. Harapan untuk membentuk kompetensi siswa pun seperti panggang jauh dariapi. 

Faktor kesulitan yang terbesar yang dihadapi setiap guru di negeri ini adalah bagaimana menyiapkan siswa untuk melakukan proses pembelajarannya dalam arti belajar dengan benar. Mengingat jumlah siswa yang dihadapi cukup besar, alokasi waktu pembelajaran terbatas, beban kurikulum begitu padat dan sarana/prasaranapun cukup terbatas. Sehingga sangat sulit menciptakan partisipasi siswa secara aktif seluruh siswa untuk melakukan pembelajaran. Secara ideal proses belajar itu dapat dikatakan terjadi, apabila ada proses penggalangan aktivitas keterlibatan intelektual-emosional seluruh siswa dalam belajar. Guru diharapkan mampu mendesain materi pelajaran, sehingga mempunyai daya tarik atau daya magis yang menggairahkan dan menimbulkan antusias siswa untuk mempelajari pelajaran lebih lanjut, misalnya menyiapkan alat peraga yang menarik.

Oleh karena itu, sebagai konstribusi yang perlu diperhitungkan dan harus ada adalah sebuah panduan metodologi belajar bagi siswa. Selama ini dirasakan belum adanya panduan yang riil untuk membantu siswa mengetahui bagaimana belajar itu harus dilakukan. Bagaimana cara merespon stimulus yang dihadapkan padanya, merencanakan belajar dan sistematis belajar, baik belajar dalam bimbingan guru maupun belajar mandiri. Bagaimana anak membangun proses penalaran, sikapnya dan psikomotornya.

Untuk dapat mengorganisir jalan pikiran, mengendalikan pikiran dan mengarahkan pikiran, sikap dan psikomotornya dengan baik dalam belajar, siswa mutlak membutuhkan metodologi belajar yang efektif. Metodologi belajar tersebut menjadi “alat” atau “kail” yang mengatur dan mengorganisir step by step jalan pikiran yang digunakan untuk menangkap, mengamati, mencerna, menginterpretasikan,menafsirkan, merangkai dan menyimpulkan ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan perkataan lain anak dengan alat tersebut dapat mengerti apa yang dipelajarinya,mengetahui bagaimana mempelajarinya dan mampu mengoperasionalkan ilmu yang diperolehnya.

Tentu diharapkan siswa memiliki metode belajar yang efektif sebagai panduan cara berpikir, sikap dan psycho motornya dalam belajar untuk mengurai atas objek yang dipelajari. Siswa mampu memahami bentuk operasional yang menghubungkan antar unsur yang dipelajari secara menyeluruh membentuk sebuah pengertian. Juga,membantu menjembatani komunikasi timbal-balik dengan pemberi stimulus belajar (guru). Pada diri siswa pun terus terpacu untuk membangun jalan pikirannya untuk menjadi atau menguasai sesuatu hingga tuntas. Dan yang lebih essensial lagi pada siswa sadar akan dirinya yang belajar, sehingga belajar dilakukan dengan penuh larutan kegembiraan untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun