"...dia adalah seorang otodidak, yang menjadi orang dengan tenaga sendiri. Penguasaan atas Bahasa Belanda dan Arab sangat membantunya. Koleksi buku-bukunya yang dapat penulis saksikan sendiri, meliputi kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa asing ini, dan meliputi berbagai bidang seperti aljabar, ilmu bumi, kimia, dan agama..."
Nasib Hamka amat beruntung,Â
membaca buku-bukunya yang membentang.Â
Lewat suami Siti Raham itu, bolehlah kita membayang:Â
"Dan kalau dia sedang makan, janganlah didekati. Kitabnya bertimbun di atas mejanya, bekas muthala'ah dan mengarang malam. Dia kelihatan tidak begitu suka bergaul dengan orang banyak, tetapi sekali-kali kalau dia datang kepada orang banyak, dia menimbulkan kegembiraan. Yang lebih menarik hati kita ialah gaya pakaiannya, kalau dia berbaju tutup, dia suka sekali memakai yang berleher tinggi..."Â
Ah, kenang-kenanglah iaÂ
(Hendra Sugiantoro, bukan orang Minang, hanya mencintai Indonesia)
NB: Angku Mudo, murid kebanggaan Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul: Abdul Hamid Hakim.
Sumber:Â
*Aminuddin Rasyad, dkk., dalam Hajjah Rahmah El-Yunusiyyah dan Zainuddin Labay El Yunusy (1991).Â
*Deliar Noer dalam Gerakan Modern Islam di Indonesia (1982).Â