Rocky Gerung adalah seorang pakar filsafat yang saat ini mendadak terkenal, pasca ia sering mengkritik Jokowi. Dalam berbagai diskusi dan perdebatan di televisi ia muncul sebagai sosok yang rasional dan argumentatif. Sulit rasanya lawan bicaranya menaklukkannya dalam sebuah perdebatan.
Di youtube Anda akan mudah menemukan video yang judulnya seolah menggambarkan Rocky sebagai sosok super hero yang sukses membungkam banyak orang.
“Rocky Gerung Bungkam Mulut Nusron ILC 14 Agustus Tadi Malam”
“GERAM!! Rocky Gerung MEMBUNGKAM DPR di ILC”
(sumber youtube)
Dalam ranah politik Rocky, yang nyatanya non muslim, mendadak ditasbis kelompok politik tertentu pengusung isu SARA sebagai sosok jubir. Sementara dari kubu politik berlawanan menunggu munculnya figure yang bisa menaklukkan Rocky Gerung dalam perdebatan di televisi.
Suatu kali sahabat saya yang geram dengan komentar sang "Professor Filsafat" bertanya kepada saya bagaimana mengalahkan sang ahli. Jelas saya tidak tahu jawabannya. Jika saya berhadap-hadapan dengan sang pakar dipastikan saya akan kalah dalam satu kali serangan. Meskipun mendengar dan membaca pendapat Rocky Gerung kadang otak saya tergelitik.
Di sebuah acara di televisi ia pernah mengatakan jika pemerintah adalah apparatus Hoaks yang paling sempurna. Atau yang cukup kontroversial ia menyebutkan jika kitab suci adalah fiksi.
Ciutannya di twitter tidak kalah nyelenehnya. Ia menanggapi pidato Presiden Jokowi saat menghadiri Konvensi Nasional Galang Kemajuan Center atau GK Center di Bogor, Jawa Barat (8/4) dengan komentar miring
"1. Data: Gerak tangan dan gerak otak tidak sinkron. 2. Psikogram: Ada masalah dengan elektabilitas belio. Saya mau sebut "mangkrak", tapi itu terkesan tak ilmiah. 3. Diagnosis: Belio kecewa dengan kedunguan bujer-bujer belio"
Namun tidak mudah memperdebatkan statemetnya. Ia gampang mengunyah Anda dengan argumennya.