Mohon tunggu...
Hendra Cahyadi
Hendra Cahyadi Mohon Tunggu... PNS -

Manusia yang ingin terus berkembang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perilaku Pendukung Mewakili Sifat yang Didukung

24 Agustus 2016   08:59 Diperbarui: 24 Agustus 2016   09:14 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terus jika ini dikatakan, 'oh ini kan bukan dikerjakan oleh tim', harus dengan tegas saya katakan. Siapapun yang menggunakan kaos, pin, topi, bernama calonnnya, maka ia secara moral mewakili cara berpikir dan cara bekerja calon yang didukungnya," Demikian cuplikan ucapan Anies Baswedan di Kantor MetroTV, Jalan Kedoya Raya, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (1/7/2014). Sudah dua tahun berlalu, namun kalimat tersebut tentu masih menemukan relevansinya di saat sekarang ini.

Saya pribadi sebenarnya sedikit kurang setuju dengan ucapan beliau. Karena menurut saya pendukung maupun yang didukung merupakan satu kelompok atau individu yang berbeda satu sama lain. Berbeda tingkat pendidikan, berbeda pemikiran dan mungkin mempunyai tujuan yang berbeda pula.

 Kalimat beliau tersebut di atas bisa jadi malah menggeneralisir kelakuan pendukung terhadap yang didukung atau sebaliknya. Kalau kita lihat dari kenapa dan kapan ucapan itu dilontarkan, kita akan lebih bisa memahaminya. Saat itu beliau merupakan salah satu pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden RI (jadi jubir tim pemenangan kalau tidak salah). Ucapan beliau tersebut lebih kepada untuk “menyerang” lawan politiknya.

Membaca kalimat beliau di atas, saya teringat dengan ucapan salah seorang penceramah yang kurang lebihnya menyatakan bahwa teman bergaul kita akan mempengaruhi perilaku kita. Bergaul dengan tukang minyak wangi Insya Allah akan turut wangi juga. Intinya adalah kita boleh berteman dengan siapa saja, namun tetap harus berhati-hati dengan teman yang bisa membawa kita kepada keburukan. Istilahnya mungkin harus jaga jarak.

Dalam dunia politik saya teringat dengan perkataan seorang teman yang sudah berkomitmen untuk tidak memilih siapapun baik dalam pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif sampai pemilihan presiden bila dia didukung oleh salah satu parpol tertentu. Teman tersebut bilang parpol tersebut sudah terbukti sebagai parpol sarang penyamun, sarang koruptor dan memiliki perilaku yang tidak baik.

 Jadi menurut teman saya tersebut, se alim alimnya seseorang, bila dia dicalonkan atau didukung oleh parpol tertentu itu maka dia juga akan ikut menjadi penyamun, koruptor dan perilaku tidak baik lainnya. Mungkin teman saya menggeneralisir atau dalam bahasa Jawa disebut “gebyah uyah”, karena pastinya tidak semua orang dalam suatu kelompok kelakuannya sama. Di sisi lain bila kita menyimak apa yang pernah diucapkan oleh Anies maka ujaran teman saya tersebut memiliki dasar.

 Ya “Perilaku Pendukung Mewakili Sifat yang Didukung”. Jadi kalau ada seorang atau sekelompok pendukung yang suka menjadi  tukang suap, tukang korupsi, tukang catut nama orang, tukang tipu minta saham eh pulsa lalu apakah yang didukung bisa juga menjadi seorang tukang suap, tukang korupsi, tukang catut nama orang, tukang tipu minta pulsa?? Terserah pendapat masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun