Ramadan seharusnya mampu membuat kita lebih berempati kepada kaum yang lebih susah dari kita, kaum fakir dan miskin. Selama puasa Ramadan kita jadi merasakan bagaimana “tidak enaknya” lapar dan haus. Itu belum seberapa karena lapar dan haus kita hanya sekitar 13 jam (waktu Indonesia). Bayangkan susahnya kaum fakir miskin yang bisa saja setiap hari harus merasakan lapar dan haus, yang mungkin hanya mampu makan sehari sekali. Dengan berpuasa maka kita akan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga tentang bagaimana sebenarnya kehidupan kaum fakis miskin. Pengalaman yang tidak bakal kita dapat dari mengikuti puluhan diskusi, seminar, lokakarya, simposium tentang kemiskinan tapi perut pesertanya kenyang semua. Jadi ketika di Ramadan kita sudah menjalankan puasa, rajin bersedekah, sudah mengeluarkan zakat fitrah, maka setelah Ramadan kita mesti lebih baik lagi. Di luar Ramadan kita musti rutin bersedekah, rutin membantu sesama, peduli fakir miskin dan lain sebagainya. Jangan cuma rajin bersedekah di Bulan Ramadan (mengharap pahala yang berlipat ganda) saja namun ketika di luar Ramadan jadi perhitungan banget itu sama saja dengan berusaha “berdagang” dengan Allah SWT. Tidak bakal untung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H