Apa itu kelenjar prostat? Kelenjar prostat merupakan organ yangberfungsi mengeluarkan cairan sebagai sumber nutrisi dan pelindung sperma yang terletak dibagian bawah tubuh. Kelenjar prostat terdiri dari jaringan kelenjar dinding retra yang mulau muncul pada masa pubertas, kelenjar prostat ini dapat tumbuh sampai dewasa. Hal ini menyebabkan mengapa pria dengan pembesaran prostat mengalami kesulitan buang air kecil.
Jurnal SagePub (Cancer Control 20(3):161-176) pada 2013 menjelaskan bahwa prostat sering kali terjadi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia). BPH merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya volume prostat melebihi nilai normal yaitu 20-30 ml dan adanya perubahan kadar horon seksual akibat penuan. Faktor terjadinya BPH yaitu usia, geografi, aktifitas fisik, sindrom metabolik dan genetik. Ketidakseimbangan kadar esterogen dan testosteron pada usia tua mengakibatkan peningkatan profilerasi sel prostat.
Menurut Jurnal Medika Hutama kanker prostat merupakan sel jaringan prostat yang tumbuh secara abnormal, yang disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkontrol dari sel-sel kelenjar prostat.
Insiden kanker prostat di dunia dan Indonesia cukup tinggi. Pada penelitian kanker Internasional yang dilaksanakan di 182 negara pada 2008 didapatkan bahwa kanker prostat menempati urutan ke-2 terbanyak kanker yang diderita oleh pria di seluruh dunia dan berada pada urutan ke-5 dari seluruh kanker yang diderita pria maupun wanita.Â
Pada tahun 2009, Badan Registrasi Kanker IAPI dan Departemen Kesehatan RI mengemukakan data statistik tumor yang diderita pria di Indonesia dan dikemukakan bahwa kanker prostat merupakan tumor primer yang paling sering diderita oleh pria. Berbeda dengan tahun sebelumnya dimana urutan pertama ditempati oleh kanker nasofaring dan kanker prostat pada urutan ke-2.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti yang menyebabkan terjadinya kanker prostat. Namun, ada beberapa faktor risiko terjadinya kanker prostat yaitu usia, ras, diet, gaya hidup, rokok, geografi, obesitas, penyakit menular seksual (PMS) dan riwayat keluarga. Salah satu cara untuk menegakkan diagnosis kanker prostat dapat dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan modalitas MRI.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan pemeriksaan medis menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk scan organ dalam tubuh Anda dalam bentuk gambar tanpa perlu dilakukan pembedahan. Perangkat MRI dapat menggambarkan organ maupun jaringan dengan detail dan resolusi tinggi. Pemakaian MRI yang hanya memanfaatkan teknologi magnet dan gelombang radio menjadikannya alat yang aman digunakan karena sama sekali tidak menggunakan radiasi pengion berupa sinar-x. Sehingga resiko radiasi sinar x dapat diminimalisir.
Pemanfaatan MRI dalam diagnosa kelainan dari prostat memiliki banyak kelebihan dibandingkan teknik lain yaitu tidak adanya rasa sakit yang akan dirasakan, Hasil dari  akan sangat akurat dalam mendeteksi kelainan, menentukan karakteristik kelainan (jinak atau ganas), dan pengukuran tingkatan kanker prostat. Selain MRI, USG dapat digunakan sebagai penggunaan diagnose karena tidak menggunakan radiasi dan cukup jelas menggambarkan organ.Â
Tetapi, memiliki kelemahan tidak dapat menggambarkan jaringan dan kelainan yang kecil dengan detail. Teknik lain pencitraan prostate dengan menggunakan sinar-X (X-ray dan CT-Scan) tidak cocok digunakan karena penggunaan radiasi yang lebih beresiko pada organ reproduksi.
Terdapat beberapa kasus, Pasien ketika berada di alat MRI merasa sesak nafas karena memiliki ketakutan atau trauma terhadap ruangan sempit dalam kondisi tersebut pasien masih dapat dilakukan pemeriksaan MRI dengan dokter memberikan akan memberikan obat penenang. Pemberian obat tambahan kepada pasien mungkin diperlukan dalam beberapa prosedur sehingga pasien dengan kelainan fungsi ginjal diharuskan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Dengan sedikit penjelasan diatas diharapkan masyarakat dapat mengenal lebih jauh mengenai pengertian kanker prostat dan ciri-ciri nya serta dapat melakukan deteksi dini menggunakan fasilitas kesehatan seperti modalitas MRI ketika terjadi gejala ataupun sudah terkena.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H