Mohon tunggu...
Hendra Purnama
Hendra Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman yang diakui negara

Penulis yang tidak idealis, hobi menyikat gigi dan bernapas, pendukung tim sepakbola gurem

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelajaran dari Kaki Seribu: Pura-Pura Mati Tidak Menyelesaikan Masalah

19 November 2022   10:05 Diperbarui: 19 November 2022   10:18 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kamar kontrakan saya sering sekali muncul kaki seribu secara ghaib---masih diperdebatkan, karena ada teman yang bersikeras bilang kalau itu namanya ulat gonggo---Apapun... I'm a simple: hewan itu melata dan kakinya banyak maka namanya kaki seribu.

Biasanya saya menemukannya setiap bangun tidur, melekat di tembok. Kadang di tembok kamar mandi, dan pernah sekali ada yang kerayapan di kasur; yang terakhir ini yang paling bikin kesal karena buat saya tempat tidur adalah teritori pribadi. Entah dimana lubangnya, saya belum cari juga sih, malas. Tapi saya yakin pasti ada lubang tembus dari rumah dia langsung ke kamar saya.

Apa yang saya lakukan setiap kali bertemu hewan itu? Sederhana: saya mengganggunya. Biasanya saya sodok-sodok pakai sapu, atau pakai pensil, dan pernah juga pakai pisang. Pokoknya apapun benda terdekat yang bisa saya raih.

Mengapa saya menyodoknya? Karena sependek pengetahuan saya, langkah pertama untuk menyingkirkan hewan ini adalah dengan mengganggunya. Itu karena sepanjang sejarah umat manusia, kaki seribu selalu menyelesaikan semua masalah dengan mengikuti saran Raditya Dika, "Kalau pacar lu ngambek, sebagai cowok cuma satu yang bisa dilakukan: pura-pura mati."

Kaki seribu rupanya menelan saran itu mentah-mentah. Setiap kali mendapat gangguan, dia langsung melingkar kaku, benar-benar tidak bergerak! Masalahnya, dalam hubungan percintaan mungkin metode tersebut sangat efektif, tapi dalam kasus ini, pura-pura mati malah membuat situasi jadi lebih buruk. Mungkin kalau hewan pemangsa lain bisa tertipu dan percaya, tapi saya tidak! Saya tahu dia cuma pura-pura mati, dan masalahnya saya tidak suka dibohongi!

Akhirnya metode pura-pura mati malah membuat saya makin mudah untuk mengurusnya.

Soal mengurus hewan ini juga jadi PR tersendiri, apalagi kebetulan saya bukan anak biologi atau ahli hewan melata, jadi saya tidak pernah belajar apa kelemahan kaki seribu. Memang sih secara logika, kaki seribu itu pasti mati kalau digencet atau dibakar. Tapi saya tidakmau melakukan itu, karena hasilnya akan sangat "berantakan". Seorang teman pernah bilang bahwa kaki seribu bisa mati pakai semprotan nyamuk. Sudah saya coba tapi gagal, malah tambah agresif. Entah semprotannya sudah kadaluarsa, atau efek obat nyamuk cair malah bikin dia berubah jadi preman?

Akhirnya karena tidak dibakar, tidak digencet, dan tidak mati disemprot, satu-satunya cara yang terpikirkan adalah mem-flush nya ke WC. Tapi saya juga tidak tahu apakah mereka mati kalau dalam air? Saya belum sempat bereksperimen menenggelamkan kaki seribu, takutnya mereka tidak mati, malah berkembang biar lebih cepat di air. Semoga saja tidak.

dokpri
dokpri

Membaca cerita ini, beberapa orang mungkin akan bilang: "Manja banget sih, cuma urusan kaki seribu kecil aja!". Lho, biar kecil tapi geli, Bung! Coba deh bayangkan  dia masuk telinga pas saya lagi tidur. Apa nggak BPJS urusannya?

Tapi, seperti kata seorang ulama kondang,  segala sesuatu ada hikmahnya. Mungkin Tuhan itu tidak sembarangan mengirim hewan-hewan "imut" ini ke kamar saya kalau tidak ada maksudnya. Apa ini pertanda saya harus bersih-bersih kamar? Ah... kalau itu sih masih wajar kok, piring kotor tiap sore dicuci, nyapu rutin pagi-sore, ngepel lantai tiga hari sekali pakai karbol. Jadi kenapa?

Setelah saya merenungkan, berpikir dalam, saya menemukan bahwa setidaknya, di tengah serbuan ini saya belajar sesuatu dari perilaku mereka, yaitu: Kalau kena masalah itu harus dihadapi. Jangan lari, apalagi pura-pura mati. Karena belajar dari "kearifan" level kaki seribu: pura-pura mati malah bikin situasi makin runyam, bahkan bisa-bisa jadi mati beneran.

Mungkin memang itu "pesan moral" yang harus saya pahami. Ya tapi biar bagaimanapun tetap saja saya harus cari lubang mereka sampai ketemu! Geli!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun