Dengan demikian, pupuslah harapan untuk melaksanakan program-program inovatif dan strategis yang telah ‘diimpikan’ oleh para anggota DKKL sejak awal mendaftarkan diri menjadi kandidat. “Sudah jatuh tertimpa tangga, sudah repot, program sendiri gak jalan pula.”
Yah, tapi itulah resiko menjadi ‘aparat pemerintah’. Berat sekali beban yang harus ditanggung. Hanya mereka-mereka yang punya dedikasi luar biasa bagi ‘keluarga’ yang sanggup mengembannya. Walaupun repot, toh mereka tetap melayani dengan penuh semangat. Walau sibuk, toh mereka masih sempat tersenyum dan menyapa.
Dan kembali opini-opini muncul ketika masa jabatan menjelang akhir.
“Apakah kerja mereka selama ini sia-sia, karena program yang mereka canangkan belum terlaksana?”
Kalau menurut saya, sih, tidak.
Karena curahan peluh, amarah, tawa, dan tangis,
Hari-hari menginap di sekolah mempersiapkan kegiatan,
Ratusan jam ber-insomnia-ria menyelesaikan laporan pertanggungjawaban ataupun proposal program,
Serta seluruh dedikasi mereka selama masa bakti,
Itulah yang menjadi bukti nyata kerja mereka bagi keluarga.
“Terima Kasih DKKL, Terima Kasih Loyola!”