Sedangkan Nila yang sudah berkeluarga dengan dua anak memutuskan pulang agar anak-anaknya dekat dengan keluarga besar. Meski anak-anaknya lahir dan besar di Sydney, Nila memutuskan back for good agar anak-anak tetap akrab dengan ponakan, tante dan kakek nenek bisa main bareng cucu. Tinggal diluar negeri tanpa jaringan keluarga besar membuatnya merasa terdampar mengingat masa kecilnya selalu dikelilingi keluarga besar. Dia ingin anak-anaknya merasa hal yang sama.
Berkesempatan jadi boss besar
Kaum ini mirip dengan golongan 'melanjutkan bisnis keluarga' diatas, bedanya alih-alih melanjutkan usaha, mereka membuka usaha sendiri dan tidak mau dibayang-banyangi kesuksesan orang tuanya seumur hidup. Mereka ambisius dan tahu cara memanfaatkan koneksi rekan bisnis orang tua sebaik-baiknya.
Menurut mereka Indonesia menawarkan kesempatan lebih besar daripada Australia dalam urusan membuka bisnis, menjadi kaya raya dan peningkatan kualitas hidup. "Di Indo semua masih 'bisa dibantu'" kata Joko. Mempekerjakan pegawai di Australia relatif mahal dibanding Indonesia, belum lagi ditambah health and safety regulation yang ketat dan segudang entitlements (sick leave, annual leave, breveament leave, long service leave, compassionate leave, superannuation guarantee dan seterusnya). Â
Kombinasi soft and hard capital, biaya operasional rendah dan 'semua bisa dibantu' membuat joko merasa berkesempatan jadi boss besar suatu hari. Kalau kelas menengah di Indonesia rata-rata sanggup punya pembantu tfinggal nginap, Â orang kaya di Australia paling cuma sanggup sewa jasa cleaner beberapa jam per minggu. Â Joko melihat sekaya apapun di Australia tetap saja cuma jadi 'jongos'.
Selain enam alasan diatas, tentu saja ada alasan lainnya seperti menikah, prospek karir, keleluasaan travelling bebas visa (dengan pasport Australia). Namun pertimbangan keluarga, life style, ekonomi, definisi 'kualitas hidup' yang berbeda tampaknya lebih mendominasi pertimbangan apakah tetap tinggal di Australia atau pulang kampung. Pertimbangan jauh lebih ruwet bagi mereka yang berperan sebagai penanggung jawab tunggal keluarga di Indonesia atau sudah berkeluarga.
Dimanapun kita tinggal, semoga kita semua merasa 'home' dengan pilihan masing-masing.
"Everyday is a journey, and the journey itself is home"
- Matsuo Basho (Japanese poet, 1644 - 1694)
Hendra Makgawinata
Sydney, 15/11/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H