[caption id="attachment_391577" align="aligncenter" width="560" caption="Sydney, Australia (gulliver.travel)"][/caption]
Tinggal dan bekerja selama 12 tahun di Sydney membawa pelajaran tersendiri yang memperkaya pandangan hidup bagi saya yang lahir dan besar dengan kebiasaan di Jakarta. Seperti para pendatang mula pada umumnya, sebagian kebiasaan, perilaku, pertanyaan yang biasa di tanah air ternyata bisa memberi kesan tidak mengenakan bagi masyrakat Australia.
Sebagian peraturan tak tertulis dibawah tentu tidak unik hanya di Australia. Kebiasan-kebiasaan atau peraturan tidak tertulis dibawah juga dapat dijumpai di negara maju multikultural seperti Amerika, Kanada atau Inggris. Saya harap tulisan ini sedikit mempermudah pendatang beradaptasi atau setidaknya tidak terlihat terlalu ‘kampungan’.
1.Eskalator sebelah kiri untuk jalur lambat, kanan jalur cepat
Di Indonesia merupakan pemandangan biasa melihat orang berhenti baik di jalur kiri maupun kanan ketika menaiki eskalator. Beberapa pengguna bahkan dengan polosnya berdiri di tengah sehingga memblokir jalur eskalator. Pemandangan serupa juga kadang saya temukan di Sydney dimana 2-3 turis berdiri di tengah eskalator dan mengobrol dengan asiknya tanpa sadar telah memblokir pengguna lainnya.
Peraturan mengemudi di Australia dan Indonesia menempatkan jalur kiri untuk jalan lambat dan kanan untuk mendahului. Sama halnya dengan eskalator. Gunakan jalur kiri bila Anda ingin diam berdiri dan jalur kanan bila ingin berjalan di eskalator.
2.Cukup berterima kasih dengan senyum dan ucapan
Bangsa kita terkenal ramah suka menolong. Meskipun yang menolong tidak meminta uang, kita umumnya dengan kesadaran sendiri memberi uang yang besarannya suka rela sebagai tanda terima kasih apalagi kalau yang membantu berasal dari golongan pra-sejahtera. Mulai dari menemukan dompet yang hilang, membantu mendorongkan mobil ketika mogok atau sekedar bantu membawakan tas (padahal bukan porter).
Saya pernah dengar cerita orang Indonesia yang ditolong petugas City Rail (kereta api Sydney) yang juga kebetulan orang Indonesia merasa heran uang tipsnya ditolak dengan alasan menolong pengguna jasa kereta api adalah bagian tugasnya. Dalam sebuah community centre, saya pernah melihat catatan pengumuman yang kurang lebih berbunyi:
“We do not accept any gifts including money, wine or chocolate. If you would like to thank us, please do so with your kind words and smile”.
Terjemahan bebas: kami tidak menerima hadiah apapun termasuk uang, minuman anggur ataupun coklat. Bila Anda ingin menyatakan rasa terima kasih, silahkan melakukannya dengan perkataan baik dan senyum.
Australia termasuk negara makmur dengan upah minimum yang relatif layak untuk hidup lengkap dengan bantuan pemerintah lewat Centrelink bagi warga kurang mampu. Selain itu hampir seluruh organisasi baik nirlaba, pemerintah maupun swasta memiliki kebijakan ketat mengenai penerimaan hadiah kepada individu yang bertujuan mencegah potensi penyuapaan dan gratifikasi.
Biaya hidup memang tinggi tapi untung terima kasih masih gratis hehe.
3.Mendahulukan orang yang keluar
Dari kampus, mall maupun apartemen, begitu lift terbuka orang yang masuk maupun keluar saling bersenggolan tidak mau mengalah. Budaya mengantri kita masih lemah. Loket yang sudah jelas jalur antrian saja (baca: depan – belakang) masih ada yang mengantri dari samping.
Sebelum memasuki kereta, tram, bus, lift dan lain-lain, biarkan orang yang keluar selesai terlebih dahulu baru masuk.
4.Jangan tanya asal usul negara asal
Sebagai negara multikultural, warga negara Australia berasal dari hampir seluruh pelosok dunia baik lewat lahir maupun proses naturalisasi. Australia tidak seputih yang kebanyakan orang kira. Sangat normal mendengar empat sampai lima bahasa berbeda dalam satu gerbong kereta. Sangat normal juga menjumpai orang Asia, Arab, Latin, Eropa timur berbahasa Inggris dengan fasih, suka selai vegemite, hobi main Cricket dan AFL karena mereka memang lahir dan besar disini.
Pertanyaan “where do you come from?” – kamu asal mana, biasa dijawab dengan mimik sedikit kurang senang “my parents are originally from (country of origin) but I was born here so I am Australian” – orang tua saya asalnya dari (negara asal) tapi saya lahir sini jadi saya seorang Australia.
Mungkin dalam hati mereka merasa pertanyaan tersebut lancang seakan-akan mempertanyakan kadar ‘Aussie’ mereka. Mirip kalau saya yang keturunan Tionghoa jelas-jelas fasih bahasa Indonesia, tidak bisa mandarin, suka masakan Padang masih ditanya dari Cina bagian mana hehe.
Kalau Anda benar-benar ingin tahu, tanya secara tidak langsung dengan pertanyaan ini: “what is your background?” – Apa latar belakang Anda. Latar belakang disini cakupannya luas meliputi budaya warisan, etnis, hari raya yang mereka rayakan dan lain-lain.
Alasan pertanyaan ini lebih enak didengar karena keanekaragaman merupakan bagian dari identitas Australia. Sangat lumrah bagi seorang warga Australia merayakan budaya warisan maupun negara asal dan tetap berhak mengklaim diri sebagai full 100% Australian.
5.Kalau melanggar aturan, akuilah dan bayar dendanya
OK aturan ini memang tertulis tapi saya tetap masukan karena sebagian orang Indonesia merasa semua dapat dinegosiasi asal ada uang dan koneksi atau diakali. Lupakan saja kalau Anda pikir denda bisa dibawa ‘damai’ di Australia. Saya pernah sekitar jam 5 pagi nyetir di terowongan melewati batas kecepatan tanpa sadar karena telat dan jalanan lapang tidak ada mobil. Dua minggu kemudian saya dapat surat yang mengharuskan saya membayar denda $214 ditambah hukuman demerit points lengkap dengan nomor refensi kamera hasil jepretan yang dapat saya cek di situs State Debt Recovery Office. Di situs tersebut terlihat waktu pelanggaran, foto plat mobil, kecepatan mengemudi dan lokasi kejadian. Percuma mengelak bukti jelas di depan mata.
Silahkan kabur pulang kampung meninggalkan denda ribuan dollar menumpuk kalau Anda pikir itu jalan keluar. Tapi jangan kaget visa Anda ditolak ketika mau kembali setelah sekian tahun atau kesulitan membuka rekening bank, buka akun telepon karena sudah masuk blacklist.
Kalau Anda bekerja dan membayar pajak (bukan cash on hand), jangan heran gaji Anda dipotong secara otomatis untuk bayar hutang setelah sekian lama nunggak. Kebetulan saya bekerja di bagian keuangan, dua kali saya sempat membaca surat perintah dari pemerintah untuk mengurangi gaji pegawai yang bersangkutan untuk membayar cicilan denda.
6. Menyebrang zebra cross dengan santai
Menyebrang jalan di Jakarta harus ekstra hati-hati sambil lihat kiri kanan dan kasih tangan meskipun sudah menyebrang pada tempatnya. Awal-awal tahun di Sydney, saya berhenti tepat di belakang zebra cross sebelum menyebrang ketika melihat mobil datang. Apa yang terjadi kemudian membuat saya terpana. Mobilnya berhenti! Saya ingat merasa terharu tidak percaya ada mobil mengalah kepada pejalan kaki.
Kebiasaan celingak celinguk kasih tangan juga dibawa Papa saya ketika berkunjung. Jelas-jelas mobil sudah berhenti Papa masih lambai-lambai tangan minta stop bikin pengemudi bingung.
Kalau ragu tentu lebih aman berhenti sebelum zebra cross sebelum menyebrang. Cukup beri anggukan kecil kepada pengemudi mobil bila dia sudah berhenti untuk mempersilahkan Anda menyeberang.
7.”Sorry my English is limited”
Khusus untuk mereka yang egonya besar kemampuan bahasa Inggris kecil. Kalimat diatas yang berarti “maaf bahasa Inggris saya terbatas” percaya atau tidak mempermudah hidup Anda di negara berbahasa Inggris. Pembicara jadi bebas dari kebutuhan untuk ‘terlihat pintar’ dan lawan bicara tergerak memberi toleransi lebih tinggi.
Saya pernah bekerja sebagai customer service tukang daging melayani konsumen yang kebetulan terbatas bahasa Inggrisnya . Dia menunjuk irisan ham sambil bilang “one”. Saya tanya konfirmasi, satu kilogram (one kilogram), seratus gram (one hundred gram) atau satu potong (one piece). Dengan muka merah dia teriak “ONEEEEEEE!!!!” dilanjuti rentetan kata-kata dalam bahasa yang tidak saya mengerti lalu pergi.
Di kesempatan lain saya melayani seorang turis asal Prancis yang memulai order dengan sapaan “hi I am from France, sorry my English is not that good” – hi saya asal Prancis, maaf bahasa Inggris saya tidak terlalu baik. Saya dengan senang hati melayaninya dengan bahasa tarzan campur Inggris sepotong-potong tanpa drama.
Hari berikutnya konsumen pertama kembali sembari menunjukkan koin $1 ketika memesan. Ternyata dia mau beli ham senilai one dollar. Pantas kemarin saya kena bentak karena tebakan meleset semua.
8.Berbicara dalam bahasa Inggris di tengah non-bahasa Indonesia speakers
Kita pantas bangga memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Berkat bahasa Indonesia kita dapat berkomunikasi satu sama lain dari seantero nusantara meskipun masing-masing memiliki bahasa daerah sendiri.
Waktu ngobrol dengan teman dalam bahasa Indonesia di ruang staff, saya pernah ditegor secara halus oleh teman non-bahasa Indonesia speaker “hey, include me in your convo” – libatkan saya dalam obrolan. Kami hanya ngobrol santai tapi tanpa terasa ternyata bahasa kami membuat dia merasa teralienasi. Teman saya di tempat kerja lain langsung dilabrak “you guys don’t respect me” – kalian tidak menghargai (kehadiran) saya.
Di tempat kerja kita jadi terlihat tidak profesional, di lingkungan pergaulan orang yang tidak bisa bahasa Indonesia jadi malas kumpul. Beberapa pasangan teman yang bukan berasal dari Indonesia mengaku malas cuma jadi kambing congek. Kalau posisinya dibalik, kita juga tentu lama-lama malas kumpul dengan teman yang lebih suka ngobrol dengan bahasa mereka sendiri.
Berbicara dalam bahasa yang dimengerti semua orang menunjukkan bahwa kita mengganggap kehadiran mereka.
Hendra Makgawinata
Sydney, 18/01/15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H