Mohon tunggu...
Hendra Madjid
Hendra Madjid Mohon Tunggu... -

Mantan Penyiar Radio, Manager 1924magic sebuah management Magic-Dakwah. Berupaya membangun dan mengembangkan usaha dari beragam bidang. kontak: 081 250 16 3663

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Soliter

12 Maret 2012   02:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*****

Setiap hari rabu, aku libur dari tempat ku bekerja. Awalnya aku merasa aneh dan sangat tidak menikmati kondisi ini. Saat orang berlibur di akhir pekan, aku malah sedang bekerja melayani pembeli yang membludak pada hari itu. Lambat laun, akhirnya aku bisa menikmati. Berada di tempat-tempat wisata, tanpa harus berdesak-desakan mengantre. Lagipula, kondisi hening di pegunungan atau di sekitar air terjun lebih bisa aku nikmati diriku yang penyendiri ini.

Mungkin hanya engkau yang tetap akan kupercayai sebagai kawan. Ry.

***

Perdebatan yang berujung pada perkelahian itu adalah awal dari segalanya. Aku hampir saja membunuh ibuku dan pacarnya. Beruntung, langkah seribu mereka telah mengalahkan tambunnya badanku. Segenap darah di kepalaku mendidih, membuat otak di kepalaku siap untuk disantap. Belum hilang duka di keluarga kami, ibu malah berpacaran dan memadu cinta di rumah. Aku tidak pernah bisa memaafkan itu. Katanya mereka akan menikah seusai masa iddah tuntas.

Hidup bersama masa lalu yang kelam tidaklah mudah. Apalagi, jika masa lalu itu terlalu sulit untuk dilupakan. Jika kau merasa jera ke kantor pos, karena terlalu sering suratmu tidak terkirim kepada orang yang kamu inginkan, kamu akan bisa mengatasinya. Dan itu adalah hal biasa. Tapi, jika pacarmu yang sebulan lagi akan menikah denganmu memutuskan hubungannya denganmu hanya karena dia jatuh cinta dengan tukang pos, itu baru perkara. Siapa yang sangka, pacar yang kamu jaga dengan sepenuh jiwa tanpa menyentuhnya sekarang sudah hamil 3 bulan? Dengan tukang pos lagi…

“maafkan aku ka. Kami kada sengaja… waktu itu kami….” Belum hilang kesedihanku, dia malah menceritakan ini. Kini selain mama, aku bertambah tidak mempercayai wanita. Mungkin benar kata changsutter, wanita itu racun dunia. Dan satu lagi, aku juga tidak akan mempercayai lagi tukang pos. sama seperti Ikal dalam Sang Pemipi.

Maafkan aku kawan. Aku akhirnya juga tidak mempercayai PNS. Setelah prajabatan, aku akhirnya memutuskan untuk mendur dari statusku sebagai pegawai pemerintah provinsi. Aku tidak mungkin bisa bekerja dengan etos kerja tinggi. Karena lingkungan tempatku bekerja adalah lingkungan kerja yang terlalu santai. Hari jumat setelah senam pagi, hampir tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Karena jam sebelum shalat jumat itu adalah jam persiapan untuk libur di akhir pekan. Sekali waktu, aku belajar untuk datang terlambat sebagaimana rekan-rekan seniorku yang lain (termasuk kepala bagian tempatku bekerja), ternyata aku masih mendapat ranking 2 pegawai di kantor itu yang datang lebih awal. Ini belum termasuk rumpian rutin hingga jam 11 siang dan jadwal mengantar anak sekolah serta ke pasar setiap harinya.

*

Ry, dua hari yang lalu aku mulai ceritaku padamu. Semoga cerita itu akan jadi perkenalan paling biak di antara kita ya…. Mungkin kamu ingat, waktu SMP kita berteman akrab. Tapi saat SMA dan Kuliah, aku merasa sudah saatnya aku membuka diri dan bergaul dengan orang lain. Ya… kamu tahulah aku. Sejak bisa menulis, aku lebih sering bercerita padamu. Dibandingkan bercerita pada ayah, apalagi ibu. Kamu adalah sahabat terbaikku yang pernah ada.

Kamu ingat dong, bagaimana aku dulu berpura-pura terkena schizofrenia selama 3 buan? Hahahaha… aku betul-betul menikmati itu. Karena aku mendapatkan perhatian dari orang tua yang selama ini mengacuhkanku. Mereka membawaku ke dokter, ke dukun, ke ustadz lalu ke dokter lagi. Ke dukun lagi dan akhrinya ke dokter lagi. Dukun bilang aku kena guna-guna, sedangkan dokter bilang aku stress berat. Dan waktu itu aku memenangkan dokter, dan baru tahu nama penyakitku waktu itu.

Tapi, aku belum tahu persis, apakah nama penyakit orang yang berpura-pura ngamuk dan ngamuk seperti pengidap schizophrenia. Kamu tahu? Dan kamu juga tahu, satu-satunya predikat yang membuat aku menghentikan kegilaanku waktu itu adalah karena aku dicap sebagai “orang Gila”. Aku kehilangan teman-temanku termasuk perhatian orang tuaku, dan aku kembali hanya memiliki kau sebagai sahabatku.

Dari berbagai literature yang pernah aku baca, sikapku ini memang aneh tapi wajar. Karena dalam usia perkembangan pencarian identitas diri ini aku mencari perhatian. Oh iya, literature akhirnya juga akhirnya jadi kawan buat aku. Sekarang kawanku dua, kamu dan buku. Semoga kamu bisa akur yah…

Aku mohon maaf karena dulu meninggalkanmu. Aku betul-betul merasa berada di dunia nyata yang sesungguhnya. Setelah tamat dari SMP 16, aku masuk SMA 7. Tidak jauh dari rumah, tapi orang tuaku menyediakanku motor agar aku lebih mudah untuk pergi ke sekolah dan melakukan banyak hal. Dalam pemberian barang-barang seperti makan, motor, tivi, playstation dan lain-lain mereka memang tidak pernah kurang. Setiap hari timbangan badanku terus bertambah. Karena aku seperti pria malas yang terkena instant society syndrome. Segalanya kulakukan secara instant, sedikit olah-raga dan kegiatan ekstra.

Aku sebetulnya pemain center di klab basket sekolah. Karena aku malas bergerak apalagi harus kontak badan dengan hasil produksi hormone endorphin yang begitu menggugah wanita. Alasanku mengikuti kegiatan ini hanyalah satu, agar aku bisa mendapatkan teman dan juga pacar. Dengan wajah kelas menengah ke atas, aku tinggal menambah predikat keren dari lapangan basket agar bisa mendapat pacar. Setelah aku mendapatkannya, aku betul-betul melupakanmu dan temanku yang satunya lagi, si buku. Nilaiku jatuh.

Setelah 7 tahun kuliah di kampus swasta, akhirnya aku lulus. Orang-tuaku pesimis aku bisa mengikuti jejak mereka sebagai pebisnis, makanya mereka mengarahkan aku menjadi PNS. Dengan kenalan mereka di dalam kantor pemprov aku dapat dengan mudah bekerja di sana.

**

Setahun sebelum aku lulus, aku bertemu dengan Tata. Sebagian besar perilaku dan gaya hidupku dia ubah. Dia benar-benar adalah bidadariku, motivatorku. Bahkan mengubah pandangan hidupku tentang masa depan. Aku akhirnya memiliki visi. Walaupun terpaksa mengikuti kemauan orang tuaku menjadi PNS. Tiga bulan setelah aku memutuskan berhenti menjadi PNS, ayah meninggal. Tidak jelas kenapa, ada yang bilang ayah mengidap penyakit kelamin. Tapi aku telah benar-benar menemukan sosoknya, sebulan sebelum kepergiannya. Dia mendukung visi dan keinginanku untuk resign dari pemprov.

****

Mungkin kamu gak akan nyangka, aku memutuskan untuk membangun hidupku sendiri. Jauh dari bayag-bayang orang tuaku. Maafkan aku, aku akan meninggalkanmu dan memutuskan untuk benar-benar menjadi seorang soliter, seorang penyendiri.

******

Hei, kamu dengar? Ini Numb dari Likin-Park… sekarang aku putar kencang-kencang di dalam kamar. Sambil aku menghitung tabungan dari gajiku bekerja di mall selama dua tahun. Dua tahun itu dengan berat kulalui, setelah aku putuskan untuk membangun hidup baru. Minggu lalu aku menikah, Nina namanya. Dan besok, aku akan mulai menginvestasikan sebagiannya untuk mulai membangun jaringan bisnisku.

Sekarang tidak ada lagi libur hari rabu. Walaupun tetap, aku akan tetap menjadi kawan buku dan kawanmu Diary.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun