Antara Teori, Praktik, dan Kebijaksanaan
Oleh: Hendra Lim
"Loe ngomong gampang. Coba praktik dulu"
Seberapa sering kalimat itu Anda dengar? Semulia apa pun niat Anda untuk membantu orang lain menjadi lebih baik dengan menjelaskan berbagai pengertian, Anda malah dibantah dengan pernyataan seperti itu. Mungkin Anda yang salah karena kurang terampil dalam memberikan nasihat, khususnya kepada orang yang tidak membutuhkan. Akibatnya, niat baik pun berbalik menyerang Anda. Â "Kepo loe, sok tahu, ngomong mudah", dan bermacam kritikan malah dihantam ke Anda.
Praktik memang penting, tetapi teori tetap tidak boleh diabaikan. Praktik tanpa teori itu berbahaya dan berisiko, teori tanpa praktik adalah sia-sia. Tak baik membagi mereka menjadi dua kubu karena sejatinya mereka adalah satu. Tanpa salah satunya, hasil adalah nihil alias omong kosong.
Kembali ke urusan tentang praktik, agama Buddha tentu berisi ajaran untuk dipraktikkan. Tetapi, mana yang harus dipraktikkan? Ajaran Buddha itu sangat banyak dan luas. Â Mana yang dapat kita praktikkan dan mana yang tidak?
Tanpa embel-embel perenungan, sebuah gagasan singgah di benak saya. Ternyata ini bukan mana yang dipraktikkan melainkan kapan. Buddhis sepaham dan sepakat bahwa semua ajaran Buddha baik. Namun tidak semua orang Buddha sepaham bahwa agama Buddha cocok dan sesuai dengan praktik vegetarian. Bahkan ada yang menganggap praktik vegetarian sesat, merupakan pandangan salah, dan berbagai pendapat kontra yang lain.
Berpegang kepada Jivaka sutta bahwa Buddha mengizinkan makan daging selama itu tidak dilihat, didengar atau curiga bahwa hewan dibunuh secara sengaja untuk dikonsumsi untuk dirinya, mereka lupa bahwa hewan harus dibunuh agar dagingnya dapat diambil untuk konsumsi. Mau dilihat atau tidak, didengar atau tidak, dicurigai atau tidak, daging yang sekarang terhidang di meja makan berasal dari hewan yang dibunuh. Mereka juga abai dengan ajaran Buddha yang lain yaitu tentang tidak menyetujui terjadinya pembunuhan (Snp 2.14). Buddha juga mengajarkan bahwa dengan mendorong orang lain untuk membunuh; menyetujui tindakan membunuh maka seseorang akan ditempatkan di neraka seolah-olah dibawa ke sana (AN 4.264).
Selain itu, bukankah semakin banyak daging yang dihidangkan maka semakin banyak hewan yang harus dibunuh. Selain itu, Buddha juga mengajarkan bahwa Buddhis perumahtangga tidak terlibat dalam perdagangan senjata, makhluk hidup, daging, minuman keras, dan racun (AN 5.177). Â Oleh sebab itu, adalah aneh dan nyata bila ada publikasi dan promosi rumah makan mengandung daging di kalangan Buddhis melalui situs atau aplikasi Buddhis. Cara pandang atau teori mana yang digunakan oleh para pengelola App atau Web tersebut?
Kembali ke urusan praktik, ternyata ini tentang kemauan, keberpihakan, dan kemampuan. Misalnya, jujur. Ini kabarnya paling sulit dilakukan karena Buddhis juga kadang berbohong. Apakah 'bohong putih' diizinkan?', tanya salah seorang umat. Ini bukan pertanyaan baru. Â Jawabannya selalu sama. Bergantung kepada Anda sendiri karena Anda yang lebih tahu mana yang lebih baik. Â Jadikan welas asih sebagai dasar dan gunakan kebijakan untuk menimbang hasil dari suatu perbuatan. Untuk topik vegetarian, jelas bahwa welas asih kepada hewan dan dampak bajik dari praktik ini perlu menjadi pertimbangan. Untuk kasus jujur, ini kembali ke kondisi. Ada waktunya bohong putih menjadi praktik ketika welas asih menjadi dasar dan kebijaksanaan menimbang bahwa lebih baik bohong daripada jujur.
Praktik atau tidak praktik adalah tentang keberpihakan, kemauan dan kemampuan. Bertahap, selangkah demi selangkah adalah caranya. Setiap orang punya kecepatan yang berbeda. Ada yang sudah di depan, ada yang baru mau mulai, ada yang sudah mahir. Tidak masalah bila Anda lambat karena yang paling penting Anda tidak jalan di tempat. Bila belum mampu menghindari daging 100 persen, setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan lunar berlatih vegetarian juga bagus, atau hanya tanggal 1 saja. Yang penting Anda dukung dan setuju bahwa semakin berkurang konsumsi daging, semakin sedikit hewan yang dibunuh. Tidak usah berpikir terlalu jauh bahwa seluruh hewan tidak akan dibunuh lagi. Buddhis yang baik bertekad menjalankan lima sila, bukan? Bila belum mampu berpraktik, minimal setuju dulu bahwa praktik itu baik. Sama dengan setuju bahwa jujur itu baik, penting, dan menyelamatkan Anda. Tetapi ada waktunya tidak jujur malah lebih baik. Di sinilah kebijaksanaan berperan. Jangan buta hati dan buta logika dengan patuh sepenuhnya kepada teks. Bukankah Buddha mengajarkan untuk menimbang apakah sebuah ajaran itu baik atau buruk.