Mohon tunggu...
serdaduresah
serdaduresah Mohon Tunggu... Seniman - Bismillàh

Pecinta Sajak

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masih Tentangmu

4 Januari 2020   23:49 Diperbarui: 4 Januari 2020   23:53 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Assala Mu'alaikum Wr. Wb.

Malam Mingguan atau apalah tapi alangah baiknya Malam ahad, lebih keren gitu. Pengajian yuk, mengaji bareng dll. Dari pada malam Mingguan keluyuran sendiri. Hehehe...

Basa basi saja sobat dan mendingan bacain aja puisiku ini. Anggap saja penghibur hati yang sunyi. Hehehe

Kamu adalah rasa, sebuah peristiwa rasa yang belum usai damai.

Perihal Kamu. Perihal cintamu, perihal apa yang masih Kita sebut dengan sebuah cinta dan kasih sayang. Namun sayang, cintaku jatuh pada oarang tak tahu menyayang. Mudah melupa bahkan tak merasa bahwa ada yang telah memberinya ; rasa lebih, pengorbanan yang tiada henti, berujung manggung semakin tak berhujung.

Dua, barang kali tiga, empat dan seterusnya kata yang telah kubahasakan padamu. Masih tak tahu atau sudah tak ingin lagi merindu. Atau saat pilu yang sedang, malah meramu dalam-dalam dan ingin Kamu lupa.

Rupanya Kamu telah seakan menjadi orang asing yang datang sementara menetap lalu seperti benalu yang menyakiti perasaan orang lain dan pergi melepaskan begitu saja tanpa ada rasa beban. Parauku semakin beradu tak menentu apatah lagi adamu tak tahu diuntung. Jangan membuatku terombang ambing lantas tidak memberiku ; barang kali kapal layar tuk nenyelamatkanku, paling tidak semacam barang terapung. Tidak. Bahkan do'amu tak pernah membelokkan takdir ini.

Tangisku malah berbuah pahit bukanlah sebuah hikmah yang menjadikan hidupku bertamba baik. Selama ini rasa itu anggapanmu apa?, sebuah barang mainan, barang rebutan bagi anak-anak yang tak tahu dan sembarang meletakkan. 

Tolong!, jangan menyesakkan lagi dengan sebuah kesesatan ini. Yang tak tahu memberi jalanku pulang pada rasa yang seharusnya damai dengan tanpamu ; pelipur lara, campakan rasa, gundah, resah, kian menghias pahit diberbintangan malam. Tak sedikit_pun kunikmati keindaham malam. Dan seharusnya Kamu paham pada malam yang seharusnya pelukmu masih saja terasa hangat sekujur diamku yang masih tetap ingin kurasa, masih mendiami jiwaku terdalam enggan pergi.

Apakah ingin lagi kukatakan menjadi lima, enam, tuju kata lagi. Agar Kamu bisa lebih mengerti dan memahami lagi. Terkadang Aku risih sendiri. Tak sedikit orang kujadikan sasaran pelampiasan. Hehehe. Rasa ini terlalu sakit. Aku takut menjadi penyakit yang menular nanti bagi orang lain. Belajarkan untuk itu. 

Sebuah cinta yang benar adalah sebuah ketentuan bagi para pemeluk-pemeluknya, ajaran bagi tiap pengikutnya dan jalan bagi tiap arahnya. Jika tak tahu ketentuannya jangan salah jika jalan cintamu tak menentu. Mungkin itulah jalanku saat ini yang tak tahu lagi meneruskan atau mempertahankan malah membiarkan.

Sekian

Assala Mu'alaikum Wr. Wb

Sumber : Kata Hati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun