"Yesus naik ke surga dengan apa?"
"Berapa lama waktu tempuhnya?"
Nalar kita pasti diobrak-abrik untuk menjawab pertanyaan di atas. Saya yakin, ada berbagai dugaan jawaban yang bergentanyangan dalam isi kepala.
"Yesus pasti naik dengan sapu ajaib. Dalam sekejap mata, Ia sudah pasti tiba di surga." Itu dugaan jawaban pertama saya waktu kecil dulu ketika mendengar orang-orang mengatakan besok atau lusa, umat Katolik seluruh dunia akan memperingati Yesus naik ke Surga.
Sekelumit jawaban  di atas ternyata salah kaprah. Ternyata proses kenaikan Yesus ke Surga amatlah mudah dan tak bertele-tele. Dalam Injil Markus 16:19 dituliskan, "sesudah Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk si sebelah kanan Allah."
Apa yang dibicarakan Yesus sebelum kenaikanNya? Ia memperingati para murid-Nya bahwa akan ada banyak nabi palsu yang berseliweran di bumi. Mereka menyebut diri sebagai penerus ajaran Yesus, tapi untuk mengelabui banyak orang. Mereka (nabi-nabi palsu tersebut) bersaksi dan mewartakan hoaks tentang Yesus dan ajaranNya untuk memuaskan kepentingan pribadi.
Pada 21 Mei, umat Katolik memperingati Hari Kenaikan Kristus. Hari kenaikan merupakan hari ke empat puluh sesudah Yesus dibangkitkan. Â Namun, kali tak ada perayaan misa bersama di Gereja. Semuanya hanya duduk di rumah menatap layar gawai yang menayangkan streaming misa. Ada yang berujud Tuhan semoga covid-19 berlalu saja.
Peringatan Kenaikan Yesus tahun ini berbarengan dengan turunnya covid-19 ke bumi. Jika kenaikan Yesus ke Surga meninggalkan kesan yang positif, turunannya covid-19 ke bumi menjejakkan pengalaman traumatis dan paranoid. Banyak orang takut karena diserang persepsi covid-19 sebagai pandemi berbahaya. Di sisi lain, para murid Yesus bahagia karena Yesus mengaruniakabn Roh Kudus ke mereka untuk bersaksi tentang kebenaran.
Ada dua kata menarik tentang naiknya Yesus ke Surga dan turunnya covid-19 ke bumi, yakni "naik" dan "turun". Naik merupakan kata untuk menggambarkan bahwa segala sesuatu dalam proses menuju ke tahap berikut yang lebih tinggi. Sedangkan "turun" merupakan saat dimana manusia mengalami loncatan ke bawah dalam hidup.
Baik "naik" maupun "turun" memiliki dalam dirinya sekaligus makna positif dan negatif. Kata "naik" misalnya berkonotasi positif jika kita mengatakan, "pendapatannya sudah naik" atau "prestasi akademiknya sudah naik". Bisa juga kata "naik" berkonotasi negatif, misalnya "covid-19 naik drastis di Rusia" atau "Kriminalitas naik drastis".
Kata "turun" juga mengalami hal serupa. Ia bermakna positif misalnya, "Uang Sekolah sudah turun" atau "harga sembako turun drastis". Ia berkonotasi negatif, seperti dalam frasa, "kinerja pemerintah turun drastis" atau "turun kelas karena malas".
Kata naik dan turun di atas sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa setiap peristiwa harian dalam hidup dalam dirinya sendiri sekaligus memiliki makna positif dan negatif.
Yesua naik ke Surga bermakna positif, yaitu "meyakinkan orang Katolik bahwa ada kehidupan setelah kematian". Yesus naik ke surga juga bermakna negatif, misalnya meninggalkan murid-muridnya melanjutkan pewartaan Kerajaan Allah tanpa diri-Nya.
Begitu pun halnya mengenai covid-19 turun ke bumi memiliki sekaligus dalam dirinya makna positif dan negatif. Makna positifnya ialah mengurangi efek rumah kaca. Sedangkan efek negatifnya ialah menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan dalam diri kita masing-masing.
Berdasarkan telaahan kata "naik" dan "turun" di atas, bisa diambil beberapa kesimpulan. Pertama, setiap tindakan yang kita lakukan dalam dirinya sendiri berefek ganda, mengandung makna positif dan negatif. Tinggal kita sendiri yang menentukan apakah timbangan positif atau negatif yang lebih berat. Kemudian kita akan mengambil sikap dalam bertindak.
Kedua, "naik"nya Yesus ke Surga dan "turun"-nya covid-19 ke bumi merepresentasi kekuatan baik dan jahat yang sentiasa hadir secara bersamaan dalam hidup harian kita. Apakah kita memilih "naik" untuk berkorban untuk kebaikan ataukah "turun" untuk melepaskan kebaikan.
Ketiga, "naik" dan "turun" mengindikasikan bahwa hidup tak selamanya "naik" ke atas tapi juga "turun" ke bawah. Sama halnya dengan hidup manusia selama covid-19 lebih banyak "turun" ke bawahnya daripada "naik" ke atas yang ditandai dengan berkurangnya pendapatan atau putusnya harapan hidup karena kelaparan.
Semoga kenaikan Yesus "menaikkan" semangat dan optimisme kita untuk tidak menyerah (terserah) pada covid-19. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H