Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perlukah Juchenya Korut Berkaca pada Glasnot Uni Soviet? Apa Hikmahnya bagi Indonesia di Masa Pandemi Covid-19?

3 Mei 2020   18:20 Diperbarui: 3 Mei 2020   18:11 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Glasnot dilatarbelakangi oleh kesemerawutan ekonomi dan sosial yang terjadi semasa rezim-sosialis komunis berkuasa. Karena ideologi tirai besi (ketertutupan total) terhadap dunia luar, maka terjadi kekurangan pangan secara besar-besaran dan menimbulkan kelaparan di mana-mana. Negara tak mampu memenuhi semua kebutuhan ekonomis warganya. Hampir 75 tahun (umur Uni Soviet), rakyat Uni Soviet mengalami hal ini.

Karena itu, Michkael Gorbacev mencanangkan keterbukaan pada negara-negara lain. Meski melalui polemik yang panjang, ide ini berhasil. Namun imbasnya, Uni Soviet terpecah-pecah menjadi beberapa negara. Impak lanjutannya ialah masing-masing negara pecahan, khususnya Rusia, melancarkan politik dan ekonomi liberal dengan menjalin relasi  mutual dengan negara-negara lain. Perlahan-lahan stabilitas ekonomi dan politik Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya membaik dan bahkan diperhitungkan di dunia. 

Selain itu, kebebasan seluas-luasnya diberikan kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas dan pekerjaannya. Masyarakat tak lagi dikekang, negara aman terkendali.

Dengan demikian, Korut mesti berkaca pada glasnotnya Uni Soviet dan segera meninggalkan ideologi Juchenya jika ingin berubah ke negara yang makmur dan dengan kualitas hidup yang baik. 

Keterbukaan pada pihak luar merupakan suatu kemendesakan dan keharusan. Tanpa adanya jalinan relasi ekonomis dan politik dengan negara lain, niscaya semua kebutuhan dalam negeri tak bisa dipenuhi. Daripada membiarkan warga negara mati kelaparan, ideologi Juche mesti ditinggalkan dan diganti semacam ideologi glasnot Uni Soviet.

Apa pelajaran dari Juche dan glasnot bagi Indonesia di masa pandemi covid-19 ini? Kita mengapresiasi kebijakan Pemerintahan Jokowi untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Artinya, Indonesia tidak menerapkan lock-down total, sehingga kebutuhan pangan masyarakatnya masih bisa terpenuhi. 

Namun, karena urusan PSBB diserahkan secara otonom dalam tanggungjawab pemprov atau pemda, ada berupa-rupa kebijakan yang terjadi. Ada daerah atau provinsi yang melock-down secara total daerahnya dari provinsi atau kabupaten lain. Hal ini menyebabkan persediaan pangan semakin menipis dan banyak provinsi atau kabupaten menderita kekurangan pangan. Jika hal ini terjadi terus-menerus selama pandemi ini, kita bisa terjebak dalam kubangan kekurangan pangan secara berkepanjangan.

 Kita seolah-olah sedang menganut juchenya Korut, alhasil kelaparan akan terjadi nantinya. Lebih baik, kita masih terbuka soal pembagian pangan dari provinsi atau kabupaten yang surplus ke provinsi atau kabupaten yang defisit pangan. Apalagi sekarang adalah musim panenan padi bagi provinsi atau kabupaten yang memiliki lahan persawahan yang luas. Maka berbagi merupakan suatu keharusan dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan nasional, khususnya di masa pandemi civid-19 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun