"Councellor Ayah di New Jersey,"
"Oh, pantas.Itu kan tugasnya.Dia memang di bayar untuk itu,"
"Betul, dia cocok dengan bidangnya,"
Keduanya terdiam sesaat.Ada kicauan burung terdengar dekat situ.Budi memandang kearah cakrawala;Matahari buram telah jatuh di bawah pohon2 cemara.Namun gerimis masih saja merintik.Cuaca buruk masih belum berubah sejak pagi.
Budi perlahan menarik nafas panjang, lalu berkata;
"Negara ini telah banyak membantu kita.Jaminan sosial ada, jaminan kesehatanpun juga ada, di tambah uang pensiun Ayah, rasanya sudah lebih dari cukup.Tapi akhir2 ini kesehatan Ayah tambah menurun.Ayah tak juga luput dari penuaan.Di tengah kesepian,Ayah kadang ngeluh bila di dera cuaca dingin.Badan terasa sakit semua, reumatik nya tambah parah,"
"Ayah kan bisa ke dokter. atau berkunjung lagi ke councellor,"
Kalimat terahir membuat Budi tersentak kaget, namun dia pura2  tidak  gubris.
"Ah, dia pasti sudah pindah.Sudah lama tidak ketemu,"
Sesungguhnya dia berbohong, dr Mei masih  nempel di kepalanya.Sekali2 kenangan itu timbul ke permukaan.Sekalipun dia tidur, perempuan itu tetap mengerjarnya  dalam mimpi.
(Untrue story, only the work of fiction)