Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Diary

M e n u l i s

29 Juli 2024   07:41 Diperbarui: 29 Juli 2024   10:37 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SumberGambar:Pribadi Hendera Josuf,Fredericksburg,VAdi musim Summer2024,July 27.2024,7.50 am

Fredericksburg,July 27, 2024

7.50 pm

Kadang aku tidak tahu mengapa kutulis semua ini.Layar monitor yang putih dan  kosong, sama  kosongnya dengan isi kepalaku.Aku berusaha lebih fokus lagi sambil menatap layar komputer. Mencoba  mengingat sesuatu tapi tetap saja belum terinspirasi. Apa gerangan yang akan di tulis? Sampai aku meragukan fungsi Buku Harian. 

Akupun  tidak menorehnya setiap hari.Aku hanya hadir di depan komputer bila ada  hari2  yang tidak menyenangka  datang mengganggu.Misalnya habis  berdebat dengan teman, ataupun keluarga dekat, yang sukar  berkomunikasi dengan baik karena mereka terbelenggu dengan sifat buruk, seperti mau menang sendiri, kepala batu, merasa lebih pintar atau lebih hebat.

Menurut seorang teman,"Ini persoalan gampang," katanya, "Kalau ngobrol, dengarkan dan iyakan aja apa yang mereka ucapkan.Lama-kelamaan mereka  akan sadar sendiri kalau di acuhkan," 

Saran ini telah aku turuti, namun ada juga orang2 yang tidak mempan dan memburu aku terus berdebat atau mempertengkarkan hal2 remeh and not worthed.Seperti, mempersoalkan budaya buruk bangsa lain, membandingkan agama, atau mencampuri urusan keluarga orang  yang bukan urusannya.

Biasanya aku berdiam diri bila mendengar ocehan2 ini.Namun kediaman ini mereka salah tafsirkan.Di kiranya aku bodoh, dan tidak dapat mengikuti pembicaraan.Tapi sebenarnya, aku menginginkan topic lain supaya cepat selesai. Aku sudah malas mengikuti pembicaraan yang itu2 juga.Kalau hal2 buruk ini terus mengganggu, aku terus lampiskan di halaman layar komputer.

Namun sekali dua kali, aku tidah tahu mau mulai dari mana.Kalaupun aku telah coba dan belum berhasil, biasanya aku keluar rumah, menghirup udara segar di sepanjang jalan raya didekat komplex, lalu  di suguhi pemandangan sepi dan kosong.Jalan pedalaman, dimana jarang ada kendaraan atau pejalan kaki yang melintas, membantu pikiran ku lebih jernih.Dan disaat aku balik lagi di rumah, segala uneg2 itu meluncur dengan mudah di atas keyboard, lalu aku saved begitu selesai.

Dan manakala aku berjumpa lagi dengan orang2 tersebut, segala dendam sudah hilang terkubur di data base hingga aku dapat lagi mulai percakapan baru dengan hati2.

Memang tidak mudah berhadapan, dan mendapatkan suatu komunikasi yang bermutu, kalau teman kicara kita sudah terlalu berkarat dengan sifat jeleknya, dan mungkin telah sulit bagi dia untuk memperbaikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun