Musim gugur tahun ini dia jalani seperti biasa
Melangkah pelan tertunduk diatas serakan  daun-daun kering  kekuningan
Masih dia bawa "luka" Â di relung dadanya
Bertahun menahan sakit
Selalu  dia disitu di  awal musim gugur
Mengadu pada angin semilir, dan batang2 pohon yang diam membisu
Juga pada jengkrik2 yang bersorak mengejeknya
Namun dia hanya  diam, menatap jutaan silhoutte menembus  ranting2 hijau
Dulu dia pikir semua akan baik2 saja
Nyatanya sang  waktu menyodorkan sebaliknya
Bahagia semu dibalut tawa
Membuat dia  merintih sakit berkepanjangan
Apa yang dia  dambakan  sejak dulu
Berkumpul, bercanda dengan anak cucu
Cuma terparkir  sebentar di benaknya
 Mereka lebih terpaku dengan gadget di tangan
 Dulu mereka dia belai, dan dia  cium sepuasnya
Sekarang sendirian  membisu dipojok
Sekali2 ikut2an tersenyum
Padahal tidak ada yang lucu
Kali ini musim gugur  lebih sejuk
Tapi kehampaan, kesakitan, kekecewaan, masih berlanjut
Terasa banyak dia miliki, tapi jauh dari jangkauan
Hanya sebatas panggilan KAKEK
Di kerimbunan pohon berwarna merah kekuningan
Dia menahan tangis  di tengah elusan  angin soreÂ
Dia ragu bisa datang lagi di musim gugur berikutnya
Luka  parah  memaksa dia  menyerah
02/22/2024, 7.30 am
Fredericksburg,Virginia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H