Ada selajur jalan setapak di hutan rimbun
Berpagar balok hitam panjang melingkar
Aku sering  bersandar disana
Menatap silhouette di saat fajar merasuk
Dan si Cloy berbaring malas dekat kakiku
Dendaunan berdesis di tiup lembut sang bayu
Dibawah  pancaran ribuan  silhouette
Tersentak, si Cloy bangun mendengar si ulan burung
Menatapku tajam lalu berbaring kembali
Halimun tipis melayang mengelus wajahku
Dingin, terasa basah di ubun-ubun
Seolah ingin menghalau ke galauan di dada
Atau membisikiku mimpi  adalah bunga tidur semata
Sesungguhnya telah lama kusadari
Di tengah  kerapuhan tubuh di makan usia
Kucoba terus mengerti dan bertahan
Kalau tidak, aku bersandar lagi disana
Mengeluh, namun  tiada yang peduli
Mengerti, namun sakit tak terkira
Di kala semua pada  membisu
Kuingin bertanya pada angin,pada halimun, dan pada silhouette
"Berapa lama lagi kita bersama."
Tapi  hanya kekosongan dan  halimun yang  kutemui
Angin sepoi mendesir perlahan
Seolah  ingin menghiburku untuk  menerimaÂ
Proses penuaan terjadi setiap detik
Kucoba sungging senyuman lebar
Semanis mungkin, setulus mungkin
Tapi hanya sanggup menyungging  senyuman kecutÂ
Fredericksburg, Virginia, 6/26/22
Dipenghujung senja, Minggu 5.13 pm
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI