Kunjungan kami ke Santo Domingo, Dominican Republic, betul2 tidak kami rencanakan sebelumnya. Ide ini tiba2 saja "pop up" ketika kami berada di Punta Cana Resort dan bingung mengisi acara kosong 3 hari kedepan. Jadinya kami putuskan berpiknik ke  ibu kota Dominican Republic ini dengan menyewa  sebuah mobil van kecil seharian. Jalan toll  yang kami lalui  tidak  terlalu mulus, dan sedikit bergelombang. Pada sisi kanan jalan, ada  lajur kecil buat sepeda motor, meski jumlah pengendara nampak  tidak  banyak.
Sekitar 1 jam sebelum sampai di tujuan, kami singgah sebentar di wisata cagar alam, bernama Los Tres Ojos (Three Eyes National Park). Tempat ini, menurut guide kami menyimpan sauna dan fauna yang luar biasa indahnya.
Terdapat 3 danau di bawah tempat kita berpijak, imbuhnya, dan ke 3 danau ini, ada yang  berwarna hijau dan biru tempat dimana ikan2 dan penyu bercokol. Gua2 di penuhi kelelawar yang bergantungan  di-sela2  stalactites(batu runcing tumbuh turun dari langit2 gua).
Sayang kami tidak berani ngambil resiko untuk  menyaksikan keindahan alam ini, karena  cuaca yang tidak bersahabat, waktu itu sedang  gerimis, dan  tangga2 menuju kebawah, terlihat licin dan berlumut. Tapi sedikitnya  kami masih sempat ngambil gambar di bagian atas perut bumi yang di tumbuhi pohon2 lebat dan sejajar dengan jalan raya.
Sewaktu tiba di Santo Domingo, tepatnya di Plaza Patriotica, kami segera berfoto di depan patung proklamator Domincan Republic yang bernama Juan Pablo Duarte, 1813 - 1876 (Foto. 1). Dia seorang tokoh politik, penulis dan petinggi militer, namun tidak sempat jadi Presiden, dan meninggal di tempat pengasingan di Caracas, Venezuela.
Pada gambar No 3 di bawah ini, kita bisa lihat pintu2 besar, yang di gunakan sebagai kamar2 tahanan masa  silam. Dari luar kami bisa saksikan keadaannya yang kotor  dan  sempit, dengan  pintu2 besi  berkarat.Sangking luasnya benteng ini, membuat kami kecapaian hingga tak sanggup  mengelilinya.
Tidak terlalu jauh dari tempat kami berfoto, terdapat sebuah museum, sayang tidak terbuka hari itu, namun  masih ada bangunan peninggalan sejarah yang dapat kami  abadikan, seperti gedung Cathedral.Kita tahu mayoritas penduduk negara ini beragama katolik.
Selesai makan siang disebuah restaurant kecil,di mana sekitarnya dispute jalan2kecil dan sepi,kami cabut lagi sementara langit diatas berawan hitam dan tebal.Sekitar 15 menit kemudian guide kami menunjuk keatas gedung besar dan luas lalu  berkata,Itu Presidental Palace.Tanpa buang waktu saya  loncat sari Mobil dan menerobos hujan yang mulai lebat.Setelah selesai jepret Dari luar pager,saya lihat 2 orang polisi berdiri Santai Dekat situ.Timbul keinginan saya foto bareng,tapi hujan  tidakÂ
Mau di ajak kompromi. Jadinya saya Berlari lagi ke Mobil sambil melambaikan tangan ke arah polisi yang tambah kuyup.
Sialan, kami akhirnya pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H