Film dokumenter sering kali memainkan peran penting dalam mempertegas identitas kelompok-kelompok budaya dan minoritas. Mereka memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar dalam narasi mainstream.
Film "The Eagle Huntress" (2016), misalnya, membawa kita ke dunia unik perburuan dengan burung elang di Mongolia, mempromosikan dan mempertahankan tradisi kultural yang mungkin terabaikan.
Pemahaman Kritis terhadap Sejarah dan Kejadian Kontroversial
Sebagai alat penelitian sejarah, film dokumenter mampu memberikan pemahaman kritis terhadap peristiwa dan tokoh sejarah. Mereka tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga mengajak penonton untuk merenung dan mengeksplorasi berbagai interpretasi dan sudut pandang.
Contoh film seperti "The Fog of War" (2003) yang mengulas peristiwa-peristiwa kontroversial selama Perang Vietnam, menunjukkan kompleksitas keputusan dan dampaknya terhadap sejarah.
Melestarikan dan Mempromosikan Warisan Budaya yang Terancam Punah
Film dokumenter memiliki kekuatan untuk melestarikan warisan budaya yang terancam punah. Dengan mendokumentasikan tradisi, bahasa, dan praktik budaya, film dapat menjaga agar warisan ini tidak hilang begitu saja.
"Song of the Sea" (2014), misalnya, menggambarkan dongeng-dongeng Irlandia dan kepercayaan rakyatnya, menjadikan film tersebut sebagai suatu bentuk warisan budaya yang dapat diakses dan dipahami oleh penonton global.
Menghubungkan Masa Lalu dengan Masa Kini
Film dokumenter membantu menghubungkan masa lalu dengan masa kini dengan menguraikan keterkaitan antara sejarah dan kondisi saat ini. Mereka merinci perkembangan sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk masyarakat modern.
Film "The Civil War" (1990) karya Ken Burns, misalnya, memberikan gambaran mendalam tentang perang saudara Amerika dan dampaknya pada pembentukan identitas nasional.