MMA) dan Ultimate Fighting Championship (UFC) perempuan dimulai.
Pada malam yang berkesan di Vancouver, sebuah babak yang baru dalam sejarah Mixed Martial Arts (Amanda Nunes, petarung tak tertandingi versi UFC, duduk dengan santai di panggung konferensi pers, menatap dua sabuk juara yang terletak di sampingnya.
Dia telah menjadi salah satu legenda yang tak tergoyahkan. Namun sekarang, saat semua mata tertuju padanya, dia mengumumkan pengunduran dirinya.
Momen itu terasa hampir mustahil dipercaya. Bagaimana bisa seorang petarung sehebat Nunes pensiun di puncak karirnya? Namun, ketika dia mengumumkan keputusannya, tidak ada yang meragukannya.
Sesaat setelah menang atas Irene Aldana di UFC 289, dengan yakin dia menempatkan sabuk-sabuk itu di lantai oktagon, sebagai simbol dari kekosongan yang akan datang.
Tanpa Nunes, atmosfer MMA perempuan di UFC akan berubah secara drastis. Selama lebih dari setengah dekade, Nunes telah menjadi tokoh perempuan dalam UFC, menghancurkan lawan-lawannya dengan semangat yang luar biasa.
Mulai dari saat dia mengalahkan Miesha Tate dalam pertandingan utama UFC 200, hingga memukul keras Ronda Rousey beberapa bulan kemudian, Nunes telah memegang kendali penuh atas kelas bantam perempuan.
Namun, saat ini, dengan kepergiannya, tanda tanya besar muncul. Siapa yang akan menggantikan posisi teratas yang ditinggalkannya?
Banyak nama bermunculan, namun belum ada yang benar-benar mampu mengisi celah yang ditinggalkan oleh "The Lioness".
Valentina Shevchenko, petarung yang kuat dan mahir, mungkin menjadi salah satu yang potensial. Namun, bahkan dia telah mengalami kekalahan dalam pertandingan ketat melawan Nunes. Apakah ada orang lain yang mampu mengambil alih tahta ini
Strawweight, divisi perempuan terbaik dalam UFC, juga memiliki sejumlah bakat muda yang menjanjikan. Mulai dari juara saat ini, Zhang Weili, hingga penantang seperti Rose Namajunas dan Mackenzie Dern, divisi ini dipenuhi dengan potensi besar.