Resensi Sinema: Missing (2023)

Storm Reid dalam Missing (2023), foto dari Rotten Tomatoes.

Pada akhirnya, June berhasil melewati cobaan tersebut dengan keberanian dan ketekunan. Dia berhasil menemukan ibunya dan mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik segala kejadian.

Kisah dalam sinema ini mengingatkan kita akan kompleksitas manusia dan dinamika hubungan antarmanusia. Missing menunjukkan bahwa kehidupan sering kali tidak bisa diprediksi.

Meskipun perjalanan hidup mungkin penuh dengan rintangan, kita bisa melaluinya dengan keberanian dan keterikatan emosional yang kuat.

Film Missing adalah installment lain dalam Searching Cinematic Universe yang memberikan pengalaman yang serupa dengan pendahulunya, Searching.

Dalam film ini, akting yang berkualitas dan penyutradaraan yang baik sanggup memikat penonton. Storm Reid memerankan karakter June, dengan baik.

Dia berhasil menghadirkan sosok seorang remaja yang cerdas dan penuh sikap, memberikan kehadiran yang menyenangkan. Nia Long juga tampil apik sebagai Grace, dengan kelembutan yang meyakinkan.

Penyutradaraan Nick Johnson dan Will Merrick mengikuti pola yang sama dengan Searching, dengan memadukan penggunaan layar-layar elektronik sebagai elemen naratif utama.

Mereka mampu mempertahankan ketegangan sepanjang film ini dengan penggunaan efek audiovisual yang efektif, terutama melalui rekaman keamanan dan tampilan layar perangkat elektronik.

Pilihan ini memberikan keaslian dan ketegangan yang meningkat seiring berjalannya cerita. Namun, terdapat kelemahan dalam penulisan naskah.

Terlalu banyak pelintiran alur (plot twist) yang dihadirkan, jadi cenderung mengurangi keaslian dan realisme film, membuat penonton bisa kehilangan arah dalam cerita.

Secara keseluruhan, Missing adalah karya sinema yang menarik dan tetap mampu memberikan pengalaman menegangkan serta menghibur bagi penonton.