Konsep pendidikan inklusif di Indonesia semakin menarik, yang prioritas pada keberagaman dan kebutuhan siswa agar punya kesetaraan untuk belajar dan berkembang. Salah satu bentuk pendidikan inklusif adalah melalui sekolah alam.
Baca juga:
Sejumlah Butir Renungan tentang Kurikulum Merdeka
Sekolah alam adalah sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pada pembelajaran secara alami dan menyeluruh, dimana siswa bisa belajar dari lingkungan sekitarnya.
Sekolah ini menempatkan siswa sebagai subjek dari pembelajaran, bukan objek. Konsep sekolah ini juga menerapkan prinsip-prinsip inklusif, yang memungkinkan setiap siswa, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
Baca juga:
Mengembangkan Literasi di Indonesia
Di kota Yogyakarta, beberapa sekolah alam telah berhasil menerapkan pendekatan inklusif dalam pembelajaran mereka. Salah satunya adalah SALAM (Sanggar Anak Alam) di di Kampung Nitiprayan, Ngestiharjo, Kabupaten Bantul.
SALAM berupaya untuk menciptakan ruang bagi anak-anak serta komunitas untuk leluasa melakukan eksperimen, eksplorasi dan mengekspresikan berbagai temuan pengetahuan dengan memanfaatkan lingkungan di sekitarnya sebagai media belajar.
Contoh lain adalah Jogja Green School di Dusun Jambon, Salakan, Trihanggo, Gamping, Kabupaten Sleman. Sekolah ini bermula dari mimpi sejak lama dimana terdapat suatu sekolah yang dekat dengan alam, dimana setiap anak bisa menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi gurunya, maupun orang tua nya, dan tetap terfasilitasi dalam pembelajaran dan proses perkembangan karakter anak.
Ada pula Sekolah Alam TalentSchool di Desa Gondanglegi, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman. Konsepnya homeschooling. Tidak ada seragam khusus, tidak ada buku paket.
Pembelajaran dilakukan berdasarkan student centre. Murid adalah subyek, guru adalah fasilitator.
Thomas Hartanta, pendiri dan kepala sekolah, menghadapi berbagai tantangan dalam menyediakan pendidikan inklusif karena perbedaan tingkat kecerdasan di antara anak-anak.
Untuk mengatasinya, ia menerapkan strategi pengelompokan di mana anak-anak dengan tingkat kecerdasan yang serupa dikelompokkan bersama, dan setiap anak mendapatkan bimbingan individu oleh seorang guru.
Untuk memastikan semua perihal kompetensi dasar yang diperlukan terpenuhi, evaluasi dilakukan pada akhir setiap semester untuk mengidentifikasi apa yang belum terpenuhi dari hal ini.Â
Ing Ngarsa Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Dalam era digital ini, teknologi juga bisa digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar di sekolah alam. Misalnya, aplikasi pendidikan dan perangkat lunak pembelajaran bisa digunakan untuk membantu siswa untuk belajar.
Talentschool sudah menerapkan cara ini dengan menggunakan e-learning bagi siswa di tingkat SMU. Penggunaan platform virtual bisa membantu siswa yang tidak bisa menghadiri kelas secara fisik.
Sekolah alam yang mengedepankan inklusi menawarkan alternatif pendidikan yang lebih ramah anak. Konsep sekolah ini memungkinkan siswa untuk belajar dari lingkungan sekitarnya dan memfasilitasi siswa dengan kebutuhan khusus untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
Baca juga:
Pelatihan Keterampilan: Wawasan dan Daya Saing Global
Namun, pasti banyak tantangan untuk bisa mengelola konsep sekolah seperti ini dengan baik. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap siswa, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, bisa memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan mengedepankan kesetaraan dalam keragaman.
Baca juga:
Jauhi Diskriminasi dengan Pendidikan Multikultural
Berikut ini adalah salah satu konten video dari SALAM (Sanggar Anak Alam). Merdeka belajar! (*)
~ H.J.H.J.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H