Pendidikan multikultural penting untuk mengatasi deprivasi budaya pada remaja dan membuka wawasan mereka terhadap dunia yang lebih luas dan inklusif.
Deprivasi budaya adalah kondisi kurangnya akses individu atau kelompok, terhadap warisan budaya, praktik, dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini bisa mempengaruhi identitas dan kesejahteraan sosial kelompok.
Salah satu contoh konkret dari pendidikan multikultural dalam konteks sosial budaya Indonesia adalah pelajaran pendidikan agama yang mencakup berbagai agama yang dianut di Indonesia.
Selain itu, program sekolah yang mempromosikan keragaman budaya Indonesia seperti festival bertemakan budaya dan tradisi, juga menjadi bagian dari pendidikan ini.
Penggunaan bahasa daerah sebagai mata pelajaran serta pengenalan seni dan budaya lokal juga bisa membantu siswa memahami dan menghargai keragaman budaya Indonesia.
Sebuah persoalan menyangkut deprivasi budaya di Indonesia adalah: masih adanya diskriminasi terhadap kelompok minoritas, seperti kelompok agama atau suku bangsa tertentu.
Diskriminasi ini bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kelompok minoritas ini seringkali tidak memperoleh akses yang sama dengan kelompok mayoritas.
Baca juga:
Membangun Potensi Generasi Muda di Bidang Kebudayaan
Kondisi ini bisa terjadi karena minimnya pemahaman masyarakat tentang budaya dan adat istiadat suku bangsa atau kelompok minoritas tertentu, ditambah lagi dengan kecenderungan adanya stereotipe dan prasangka yang berkembang di masyarakat mengenai golongan minoritas.
Pemicu yang lain adalah kurangnya pemahaman terhadap keragaman budaya Indonesia di lingkungan pendidikan dan sosial.