Gunung Merapi adalah salah satu gunung api paling aktif di Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan ketinggian mencapai 2910 meter (9550 kaki) di atas permukaan laut, Gunung Merapi sering sekali meletus sejak tahun 1548, dan aktivitas vulkaniknya masih terus terjadi hingga saat ini.
Gunung Merapi memiliki keindahan alam yang memukau, namun juga menyimpan ancaman yang sangat besar bagi kehidupan manusia di sekitarnya.
Gunung ini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Indonesia karena keindahan alam yang memukau.
Dikelilingi oleh hutan-hutan hijau yang masih asri, Gunung Merapi juga memiliki berbagai jenis flora dan fauna yang menakjubkan.
Namun, rasa takjub akan keindahan ini juga bersamaan dengan sikap selalu waspada oleh masyarakat sekitar yang hidup di bawah bayang-bayang ancaman erupsi Gunung Merapi, ditambah dengan rasa takut yang justru muncul dari orang lain yang jauh dari bahaya.
Aktivitas vulkaniknya yang terus menerus menyebabkan Gunung Merapi menjadi salah satu gunung paling berbahaya di dunia.
Di masa lalu, erupsi Gunung Merapi telah menimbulkan bencana yang menghancurkan dan memakan banyak korban jiwa.
Oleh karena itu, pengawasan dan penelitian terus dilakukan untuk meminimalkan dampak erupsi di masa depan.
Selain itu, Gunung Merapi juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat Jawa.
"Penduduk lereng Merapi diajar bukan untuk menguasai alam, tetapi bagaimana menyesuaikan dirinya dengan kehidupan alam yang serba gaib dan menitikberatkan bagaimana menjaga keselarasan atau harmoni dengan Merapi."
Berbagai upacara adat dan kepercayaan turun-temurun masih dilestarikan dan dilaksanakan untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Gunung Merapi.
Gunung ini memiliki banyak hal mulai dari sisi keindahan alam, ancaman erupsi, hingga nilai budaya dan spiritual yang dimilikinya.
Dalam bukunya berjudul Merapi dan Orang Jawa: Persepsi dan Kepercayaannya, Lucas Sasongko Triyoga menulis di bagian Epilog:
Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan yang memuat antara lain sistem nilai yang mengatur hubungan timbal balik dengan lingkungan: sosial, alam lingkungan, dan adikodrati/supernatural. Oleh karenanya, hal yang paling penting dalam hubungan penduduk lereng Merapi dengan lingkungannya adalah sarana keseimbangan. Penduduk lereng Merapi diajar bukan untuk menguasai alam, tetapi bagaimana menyesuaikan dirinya dengan kehidupan alam yang serba gaib dan menitikberatkan bagaimana menjaga keselarasan atau harmoni dengan Merapi.
Erupsi terbesar Merapi terjadi pada tahun 2010 yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan ratusan ribu orang harus dievakuasi dari daerah sekitar Gunung Merapi.
Oleh karena itu, pengawasan dan penelitian terus dilakukan untuk meminimalkan dampak erupsi di masa depan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memasang alat-alat pemantau seperti seismometer, GPS, dan kamera yang memungkinkan mereka untuk memonitor aktivitas vulkanik Gunung Merapi secara real-time.
Selain itu, pihak berwenang juga melakukan simulasi dan pelatihan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana alam tersebut.
Banyak pula relawan yang setiap saat bergantian melakukan pemantauan terhadap kondisi terkini Gunung Merapi.
Gunung Merapi juga menjadi objek penelitian ilmiah untuk mempelajari sejarah geologis dan aktivitas vulkaniknya.
Berbagai penelitian tentang Gunung Merapi telah dilakukan oleh para ilmuwan dan peneliti, termasuk tentang kandungan gas dan material yang dikeluarkan saat erupsi, serta bagaimana cara memprediksi erupsi Gunung Merapi di waktu-waktu mendatang.
Dalam menghadapi ancaman dari Gunung Merapi, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dan mempersiapkan diri dengan baik.
Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan hidup di sekitar Gunung Merapi.
Dengan pengetahuan yang cukup tentang Gunung Merapi, manusia dapat meminimalkan dampak dari erupsi dan menjaga keselamatan diri serta orang lain di sekitarnya.
Gunung Merapi adalah gunung berapi yang sangat indah namun juga sangat berbahaya.
Tanggal 11 Maret 2023 yang lalu, Merapi 'batuk' lagi, kira-kira jam 12:00 WIB.
Gunung Merapi memuntahkan aliran lahar sepanjang sekitar 7 kilometer, dan menyemburkan awan panas yang mencapai tinggi sekitar 100 meter, berdasarkan berbagai pengamatan.
Warga di sekitar lereng Merapi disarankan oleh pemerintah untuk mengungsi setidaknya sejauh 7 kilometer dari zona bahaya.
Dalam menghadapi ancaman erupsi Gunung Merapi, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dan mempersiapkan diri dengan baik.
Sebagai manusia, kita harus menghargai keindahan alam dan memahami betapa kecilnya kita di hadapan kekuatan alam yang luar biasa.
Kita harus terus belajar dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitar kita, agar dapat hidup berdampingan dengan alam tanpa mengancam keselamatan diri dan orang lain. (*)
~ H.J.H.J.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H