Di masa Jepang, tindak tanduk Sabeni sekedar jadi pantauan. Karena beliau lebih fokus mengajarkan olah kanuragan pada para pemuda setempat. Dimana rata-rata adalah para pejuang pro kemerdekaan.
Konon, Jepang terkecoh karena silat Bang Sabeni diidentifikasi sebagai seni tari tradisional Betawi. Jadi tidak diwaspadai sebagai seorang pejuang dan ulama yang juga aktif mengajarkan semangat nasionalisme bagi murid-muridnya.
Namun Sabeni tidak sempat merasakan kemerdekaan bangsanya. Beliau meninggal dua hari tepat sebelum Proklamasi Kemerdekan Indonesia diproklamirkan pada usia 85 tahun.
H. Sabeni dimakamkan di Tanah Abang, tempat kelahirannya. Seni pukulan Sabeni pun sampai kini tetap melegenda. Tanpa mengurangi rasa bangga terhadapnya, Alm. Benyamin Sueb kerap "meminjam" nama Sabeni dalam aktivitas seni peran.
Demikian sepenggal kisah sejarah dari para jago asal Betawi pada masa revolusi fisik.
Semoga bermanfaat, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H