Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bullying Pada Pelajar, Bagaimana Menyikapinya?

18 September 2024   00:10 Diperbarui: 18 September 2024   18:36 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sangka, gencarnya sosialisasi anti bullying ternyata tidak seefektif yang diharapkan. Seperti yang dirilis oleh KPAI, per awal tahun 2024 tindak bullying di Indonesia justru meningkat sebesar 35 persen pada lingkungan sekolah.

PISA juga mencatat bahwa Indonesia terdata sebagai negara nomor 5 pelaku bullying diantara kalangan pelajar. Khususnya di dalam lembaga pendidikan yang multikompleks dengan kultur pelajarnya masing-masing.

Dimana secara umum, perilaku bullying justru dominan melalui media digital. Implikasi negatif dari perkembangan media di era digital. Dengan kecenderungan besar pada pengaruh moral dan sikap anti sosial.

Ada semacam perilaku (kebiasaan) yang terbawa selama fase sekolah menengah hingga tingkat atas. Tanpa ada kontrol yang baik secara sosial maupun edukatif rasional. Dengan karakteristik untuk dapat dipahami, sebagai berikut:

1. Circle Anti Sosial

Memiliki kelompok yang bertindak dan berperilaku eksklusif di lingkungannya. Khususnya di sekolah atau kelas, dengan orientasi pragmatis.

Tanpa memperdulikan lingkungan sosialnya, biasanya anak-anak yang ada pada circle tersebut lebih mencari keuntungan kelompok.

2. Tidak Memiliki Empati

Dalam circle yang anti sosial, sikap nir-empati tampak secara natural sebagai identitas yang mudah dikenali. Khususnya jika ada persoalan sosial disekitarnya.

Ketidakpedulian tampak dengan sikap yang dingin, tanpa ada empati untuk dapat memahami realitas sosial.

3. Berperilaku Agresif

Biasanya dalam circle yang anti sosial dan nir-empati akan tampak perilaku agresif dengan orientasi dominasi sosial. Suatu perilaku yang ditunjukkan sebagai upaya mendominasi orang lain (sesama pelajar).

Baik melalui ruang belajar atau ruang interaksi sosial di lingkungan pendidikan. Bahkan juga kerap ditampilkan di luar aktivitasnya sebagai pelajar atau di luar sekolah.

4. Egosentris

Ada semacam sikap egosentris yang ditampilkan sebagai perilaku kesehariannya. Tanpa perduli dengan aturan dan norma yang tampak sebagai kontrol sosialnya.

Baik aturan sekolah atau kelas, dengan perilaku yang tidak mencerminkan profil seorang pelajar. Dalam hal ini, sikap bullying menjadi orientasi individu untuk mempengaruhi orang lain (over dominan) antar pelajar.

5. Caper

Namun, dari semua aspek diatas, cari perhatian (caper) justru menjadi karakter khusus yang harus diperhatikan. Hal ini merupakan realitas dominan dalam mencari dukungan dari orang lain agar mau mengikutinya.

Tanpa rasa malu dan ragu demi tercapainya keinginan pribadi dengan cara apapun. Biasanya sikap ini justru dapat menjadi daya tarik pribadi, namun diperuntukkan terhadap perilaku negatifnya.

Ada baiknya pengawasan terhadap perilaku bullying dapat dipahami semua pihak. Pun bagi orang tua, sebagai kontrol utama di lingkungan terdekatnya. Khususnya terhadap perilaku dan pergaulan yang nampak berlebihan saat ini.

Bukan sekedar lingkungan pendidikannya, dalam locus pembelajaran umum dengan ruang moral dan sosial yang terbatas. Dalam konsep kolaboratif dengan saling dukung kiranya menjadi alternatif terbaik.

Bukan justru memberi ruang terbuka bagi perilaku bullying tanpa ada kontrol diantara kedua ruang pembelajaran diri yang ada. Apalagi kemajuan teknologi digital, memungkinkan perilaku bullying mengarah kepada tindak kekerasan dan kejahatan.

Semoga bermanfaat, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun