3. Berperilaku Agresif
Biasanya dalam circle yang anti sosial dan nir-empati akan tampak perilaku agresif dengan orientasi dominasi sosial. Suatu perilaku yang ditunjukkan sebagai upaya mendominasi orang lain (sesama pelajar).
Baik melalui ruang belajar atau ruang interaksi sosial di lingkungan pendidikan. Bahkan juga kerap ditampilkan di luar aktivitasnya sebagai pelajar atau di luar sekolah.
4. Egosentris
Ada semacam sikap egosentris yang ditampilkan sebagai perilaku kesehariannya. Tanpa perduli dengan aturan dan norma yang tampak sebagai kontrol sosialnya.
Baik aturan sekolah atau kelas, dengan perilaku yang tidak mencerminkan profil seorang pelajar. Dalam hal ini, sikap bullying menjadi orientasi individu untuk mempengaruhi orang lain (over dominan) antar pelajar.
5. Caper
Namun, dari semua aspek diatas, cari perhatian (caper) justru menjadi karakter khusus yang harus diperhatikan. Hal ini merupakan realitas dominan dalam mencari dukungan dari orang lain agar mau mengikutinya.
Tanpa rasa malu dan ragu demi tercapainya keinginan pribadi dengan cara apapun. Biasanya sikap ini justru dapat menjadi daya tarik pribadi, namun diperuntukkan terhadap perilaku negatifnya.
Ada baiknya pengawasan terhadap perilaku bullying dapat dipahami semua pihak. Pun bagi orang tua, sebagai kontrol utama di lingkungan terdekatnya. Khususnya terhadap perilaku dan pergaulan yang nampak berlebihan saat ini.
Bukan sekedar lingkungan pendidikannya, dalam locus pembelajaran umum dengan ruang moral dan sosial yang terbatas. Dalam konsep kolaboratif dengan saling dukung kiranya menjadi alternatif terbaik.