Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cek Khodam, antara Fakta atau Rekayasa

20 Juli 2024   04:30 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:10 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI -- Entitas ghaib/Kanjeng Ratu Kidul | Gunawan Kartapranata via Kompas.com

Siapa yang tidak mengenal dengan istilah khodam? Sebuah manifestasi wujud ghoib yang konon menyertai setiap manusia. Namun, bagaimana kebenarannya, tentu masih banyak perdebatan bagi setiap kalangan. Khususnya dalam memahami arti atau makna yang jadi simbolisasi kehadiran sebuah khodam gaib.

Beberapa kepercayaan meyakini manifestasi ghaib dalam wujud khodam merupakan sebuah entitas perlindungan diri. Hal ini merujuk dari konsep sinkritisme antara simbol gaib dengan manusia. Pun dengan simbolisasi benda yang dianggap memiliki petuah dan kekuatan magis, dengan tujuan atau maksud yang tentunya menarik untuk dikaji.

Manifestasi simbolisasi entitas gaib itu faktanya memang pernah berkembang sejak masa animisme/dinamisme. Termasuk jenis khodam gaib yang bersifat abstrak. Entah berwujud hewan atau bentuk lelembut yang menyeramkan, seperti banyak dikisahkan dalam berbagai kitab-kitab Babad Tanah Jawi.

Tentunya sesuai dengan budaya dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Bukan dalam narasi bersekutu atau meyakini, melainkan sebagai ruang kritik terhadap realitas maraknya konten-konten kreator cek khodam. Lantas bagaimana sebenarnya cek khodam melalui pendekatan budaya dan tradisi?

Budaya dan Tradisi Mistis

Kritik terhadap perilaku ini kiranya pernah dikemukakan oleh Mochtar Lubis, dalam Manusia Indonesia (1977). Satu karakter yang sangat lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Termasuk percaya terhadap hadirnya setan, dhemit, atau lelembut yang dipersepsikan sebagai entitas tak kasat mata disekitarnya.

Ada semacam ketertarikan magis yang menjadi ciri khas masyarakat tradisional. Tak lain adalah keyakinan terhadap entitas ghaib yang ada di sekitarnya. Kepercayaan mistik yang diturunkan secara tutur inilah kini dikenal sebagai aliran mistisisme. Namun lebih bersifat mutualistik sesuai dengan kebutuhan individu.

Sesuai dengan locus ini, Clifford Geertz dalam Mojokuto (1986), mendefinisikan realitas mistisisme melalui pendekatan tipologi sosial. Walau terbatas pada masyarakat Jawa sebagai ruang penelitiannya. Berbagai keyakinan mistis yang tampak dan berkembang dijelaskan telah menjadi perilaku sosial masyarakat sehari-hari.

Semua terbalut dalam tradisi yang diperkenalkan secara turun temurun. Sehingga menjadi budaya yang kemudian dikenal sebagai ciri khas daerah tertentu. Seperti Jaranan, yang dianggap sebagai tarian mistis namun ikonik dengan perpaduan kesenian tradisionalnya. Dimana para pemainnya disebut kerap bersentuhan dengan khodam gaib.

Pun dengan daerah lain di luar Jawa, yang kiranya memiliki tradisi serupa. Walau identifikasi entitas gaibnya memiliki wujud lain dengan karakteristiknya masing-masing. Termasuk dalam "penggunaan" khusus untuk kepentingan tertentu. Di Bali, kita tentu kenal Leak atau Pangleakan, sedangkan di Papua kita juga kenal Suanggi.

Cek Khodam Virtual, Fakta atau Rekayasa?

Melalui pendekatan inilah, kemudian cek khodam berbasis virtual merebak saat ini. Tak lain untuk memantik hadirnya sisi mistis publik yang memang lekat dengan karakteristik manusia Indonesia. Perilaku inilah yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi aspek psikologis dengan beragam dampaknya.

Seperti sikap percaya diri ketika mengetahui sosok khodam gaib yang menyertainya. Bahkan ada yang kemudian meratapi dirinya, lantaran khodam yang tampak tidak sesuai ekspektasinya. Realitas psikologi mistis inilah muasal terjadinya sikap-sikap tertentu demi mendapatkan kekuatan ghaib.

Dimana konon, mekanisme mendapatkan kekuatan ghaib harus dilakukan secara langsung tanpa ada sekat antara manusia dengan makhluk astral. Walau harus melalui seorang paranormal untuk dapat bersentuhan dengan ruang mistis. Clifford Geertz dalam Agama Jawa (2014), mendefinisikan eksitensi paranormal tersebut sebagai guru spiritual.

Penempatan guru spiritual dalam pendekatan budaya sudah menjadi keseharian yang satu. Dengan unsur mutualisme sesuai kebutuhan masyarakat tradisional. Entah dalam kegiatan perekonomian, atau bahkan dalam keseharian (sosial)nya. Inilah yang kemudian dapat dijadikan dasar kajian fakta dan rekayasa.

Lagi-lagi sesuai dengan kepentingannya, termasuk melalui pola-pola yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Khususnya di era digital saat ini, virtualisasi entitas ghaib seolah menjadi perilaku positif yang dapat memantik beragam reaksi. Ada yang memandangnya sebagai hal positif, dan tentu ada pula yang negatif.

Apalagi jika masyarakat telah mengedepankan rasionalitas sebagai pandangannya, hal ini tentu tidaklah menarik untuk diikuti. Jika tujuannya tak lain hanyalah like atau viewers termasuk gift, maka sudah lain konsepsinya. Lantaran sifatnya hanya sekedar menarik simpati dalam tujuan ekonomi, bukan sebagai bagian dari perilaku spiritual seperti apa yang dijelaskan oleh Geertz.

Kesimpulan ini dapatlah dijadikan persepsi perihal aktivitas cek khodam berbasis virtual. Berbagai kajian yang telah dikemukakan semoga dapat menambah pemahaman kita dalam sudut pandang akademis. Lain lagi jika melalui pendekatan agama pembahasannya. Dimana semua dikembalikan kepada khalayak, atas realitas yang tampak di era digital saat ini.

Semoga bermanfaat, dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun