Ada banyak faktor yang menjadi muasal bias persepsi dalam pentingnya memahami sejarah bangsa sendiri. Selain dari kebijakan publik dalam ruang pendidikan, serta pariwisata, dalam hal situs sejarah. Khususnya dalam menyibak tabir sejarah yang faktual.
Tanpa ada unsur politik yang menyertainya, sebagai bagian lain dan terpisah. Sejarah faktual, yang patutnya dimulai dari rekam kisah masa lalu dan layak di"remake" sesuai dengan realitas zamannya. Bukan justru menampilkan hal kontroversi pada tiap scenenya.
Khususnya perihal konflik sosial yang terjadi atas dasar politik dengan menampilkan tiap peristiwa secara utuh. Pun dengan masa setelah tahun 1965, dengan kecamuk sosial yang merebak di setiap daerah. Tak lain demi sajian sejarah yang komprehensif.
Bahkan di Kamboja, kekalahan komunis, diperingati sebagai Hari Kemenangan 7 Januari. Dengan ditandai berakhirnya pemerintahan Pol Pot bersama rezim Khmer Merah pada tahun 1979. Dimana selama Pol Pot berkuasa, 2,2 juta jiwa rakyat Kamboja menjadi korban.
Beda Kamboja, tentu beda dengan Indonesia. Generasi muda Kamboja kiranya lebih memahami sejarah bangsanya yang kelam. Tanpa ada unsur politisasi yang kerap menyertainya.
Kamp-kamp pembantaian Pol Pot pun menjadi agenda rutin yang dikunjungi secara berkala oleh pelajar disana. Demi edukasi yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda. Selain dari penetapan hari libur nasional setiap tanggal 7 Januari.
Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.