Aturan yang memaksa dalam konteks budaya inilah yang kerap menjadi ruang seteru dengan bentuk perlawanan diri. Jika memang aturan rambut gondrong kembali menjadi polemik dalam ruang kebebasan berekspresi, tentu saja konsekuensinya adalah bentuk perlawanan. Seperti yang pernah terjadi di masa lalu.
Kecuali, ada penyeimbang antara masuknya budaya asing dengan budaya lokal, dengan skema keberpihakan yang humanis. Maka, aturan yang mengikat, akan menjadi pola kesadaran diri tanpa perlu paksaan dalam penerapannya. Terlepas dari berbagai pro kontra yang menjadi bagian dari rasionalisasinya. Apalagi ditengah arus digitalisasi budaya yang hadir tanpa adanya filterisasi.
Maka wajar, jika kini wacana dekadensi budaya tengah menjadi sorotan berbagai kalangan. Khususnya dalam ruang pendidikan, yang semakin bergeser perihal adat dan etikanya. Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H