Inilah mengapa, banyak partai besar yang terlihat goyah beberapa waktu ini. Isu "kudeta" ataupun "pengambilalihan" pimpinan, menjadi topik hangat yang selalu diperbincangkan. Apalagi terkait dengan para tokoh sentral dalam setiap partai politik.
Entah dalam strategi memecah belah partai, ataupun membangun dukungan alternatif, publik masih menerka. Kebijakan ataupun keputusan partai hanya terasosiasikan dengan sikap klarifikasi. Tanpa ada kebijakan serius dalam penyelesaian masalahnya.
Jadi, wajar jika berkembang berbagai persepsi yang beraneka ragam dalam melihat fenomena politik saat ini. Baik partai Golkar, partai Demokrat, ataupun PDIP, yang memang telah memberi arah politiknya dalam gelaran pemilu 2024 mendatang.
Kebijakan-kebijakan partai sudah tentu menjadi sikap final yang menjadi arah gerak dengan strategi politiknya masing-masing. Bukan justru terjebak dalam polemik internal, yang merugikan partai dalam orientasi membangun branding politik secara kompetitif.
Dalam perspektif ini, kiranya pun belum dapat diprediksi bagaimana proyeksi partai-partai besar tersebut dalam kebijakan politiknya kedepan. Apalagi, bagi partai yang telah mendeklarasikan kandidat capres demi pemenangan pada masa kampanye nanti.
Narasi persatuan dan keutuhan partai tentu menjadi penilaian tersendiri bagi para konstituen untuk memberi hak suaranya. Bagaimana akan dapat membangun bangsa, jika persoalan internal partai tidak dapat diselesaikan secara bijak.
Demikian kiranya, analisis yang dapat dikemukakan sebagai kritik terhadap realitas politik saat ini. Harapan publik tentu hanya satu, yakni membawa kemajuan bangsa dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Bukan justru tercerai berai dalam berbagai persoalan.
Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H