Keputusan Budiman Sudjatmiko kala menemui Prabowo Subianto, dinilai beberapa kalangan sebagai manuver politik "perlawanan". Artinya bahwa, Budiman Sujatmiko sebagai kader PDIP, telah membuat kegiatan yang dianggap telah merugikan kubu Ganjar Pranowo.
Apalagi PDIP sudah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai kandidat capresnya. Bukan semata-mata dalam keputusan politis sepihak. Melainkan dari berbagai dukungan yang melalui sistem organisasi telah dilakukan para kader PDIP.
Dalam hal ini, kiranya persoalan dukungan Presiden Jokowi terhadap Ganjar Pranowo tidak sepenuhnya terjadi. Lantaran pada beberapa kesempatan publik, Presiden Jokowi lebih memilih mendokumentasikan kegiatannya bersama Prabowo Subianto.
Inilah kiranya yang menjadi alasan menguatnya elektabilitas Prabowo Subianto beberapa waktu ini. Apalagi ditambah "dukungan" dari kader PDIP, seperti Budiman Sudjatmiko. Atau ketika Kaesang Pangarep, melakukan pertemuan bersama Prabowo, beberapa waktu lalu.
Inilah fenomena politik yang unik dan menarik untuk disimak. Sikap cawe-cawe Presiden ditunjukkan pada eksistensinya melalui sisi lain media massa. Dimana yang secara konsisten menarasikan betapa ambiguitasnya perkembangan politik belakangan ini.
Tak lain agar framing tercapai dalam persepsi publik terhadap pilihan Presiden Jokowi. Walaupun skema framing ini tidak secara umum dapat dikatakan kebenarannya. Sesuai dengan persepsi publik dalam menilai sikap Presiden secara realistis.
Apalagi banyak narasi negatif yang tertuju pada sikap Budiman Sudjatmiko. Jika kita melihat peristiwa pada pemilu sebelumnya, jelas kiranya posisi Budiman dalam melegitimasi pelanggaran HAM yang pernah dilakukan oleh Prabowo selalu disosialisasikannya.
Narasi yang masih membuat kita bertanya-tanya, apakah Budiman tengah menjilat ludahnya sendiri? Atau dalam persoalan pragmatis politik, ada hasrat yang tidak tercapai atau tersampaikan. Semua tentu memiliki pandangannya masing-masing.
Tidak melulu dalam orientasi politis. Barangkali Budiman Sudjatmiko benar-benar memiliki rasa kagumnya kepada Prabowo? Atau mungkin hendak bergabung dengan Kolaisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bersama Gerindra, hanya Budiman yang tahu.
Walaupun secara resmi PDIP akan memanggil Budiman secara kepartaian, namun keputusannya bertemu dengan Prabowo ditanggapi dengan tenang. Budiman tentu paham, bagaimana para simpatisannya, akan tetap memberi dukungan terhadapnya.