Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Manuver Politik Partai Buruh, Benarkah Mencederai Perjuangan Kaum Buruh?

5 Mei 2023   12:30 Diperbarui: 6 Mei 2023   23:25 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah manuver politik Partai Buruh dengan mendeklarasikan dukungannya terhadap calon Presiden telah mencederai perjuangan kaum buruh? 

Sepertinya pertanyaan ini banyak diperbincangkan oleh para pekerja, usai aksi May Day beberapa hari silam. Dimana pada moment tersebut, pimpinan Partai Buruh secara tegas menyampaikan keberpihakannya terhadap salah satu kandidat capres.

Belakangan banyak dari serikat pekerja yang justru menanggapi keputusan ini secara sepihak. Dengan memberi pernyataan kontra keputusan Partai Buruh. 

Walau diketahui tidak semua buruh dalam partai, mendukung sepenuhnya keputusan pimpinan Partai Buruh. Seperti yang dikemukakan oleh Wakabid Perempuan Partai Buruh, Jumisih.

Dilain pihak, mayoritas kaum buruh tengah berjuang menentang UU Ciptaker, yang dianggap dapat menyengsarakan buruh. 

Sedangkan UU Ciptaker ini sendiri adalah bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan dianggap dapat memenuhi harapan para buruh. Walaupun beberapa pasalnya masih dipertentangkan hingga kini.

Lantas bagaimana seharusnya sikap kaum buruh terhadap realitas politik pra pemilu ini? Sepertinya yang patut dipertimbangkan adalah persoalan tuntutan kaum buruh terhadap UU yang sampai saat ini dipertentangkan. 

Memahami kegelisahan kaum buruh, sudah sama dengan memberi apresiasi dengan perjuangan buruh, yang secara tidak langsung akan mendapatkan apresiasi balik.

Selain persoalan upah yang tidak merata dari setiap Provinsi, banyak pula pandangan skeptis yang menjadi tolak ukur terhadap para calon menurut kriteria kaum buruh. Kiranya para pimpinan Serikat Pekerja memahami hal ini, bahwa kaum buruh dapat menilai sendiri sesuai pandangan dan perjuangannya selama ini.

Sepertinya bukanlah hal yang tepat, mendeklarasikan pilihannya (politik) pada moment sakral May Day. 

Karena kaum buruh yang selalu memperingatinya memiliki kesan dan pesan tersendiri, yang justru bukanlah unsur politik. May Day yang dianggap memiliki orientasi politik adalah manuver yang justru membuat kaum buruh tidak bersimpati.

Di dalam May Day sudah biasa terdengar tuntutan, harapan, dan upaya. Bukan justru menggantungkan nasib kepada salah satu kandidat capres. 

Maka wajar, jika beberapa konfederasi buruh ada yang tetap konsisten untuk independen, seperti KASBI. Maka ini adalah fakta yang dapat dipahami, apakah kaum buruh telah terbelah kala memasuki area politik?

KSPSI yang secara terbuka telah memberi dukungan kepada salah satu capres, maka berbeda dengan KASBI, yang tetap berupaya berdiri secara independen memperjuangkan hak-hak kaum buruh. 

Namun, ini adalah hal yang wajar dalam iklim demokrasi. Berbeda pilihan atas sudah menjadi bagian yang patut diapresiasi. Jangan malah digeneralisir menjadi satu perspektif yang naratif.

Dalam narasi, bahwa seluruh buruh telah memberikan dukungannya kepada salah satu calon. Inilah kiranya yang banyak ditemui dalam berbagai media. Bukanlah hal yang positif, jika keputusan politis digeneralisasi secara mainstream demi pandangan politis yang seolah aklamatif.

Jadi, bukan dalam narasi bertendensi negatif tulisan ini disajikan. Melainkan melalui pendekatan yang lebih demokratis dalam melihat peta politik secara utuh. 

Pro dan kontra adalah hal yang biasa, yang justru tidak biasa adalah penggiringan opini publik terhadap salah satu persepsi dalam sikap pro atau kontra.

Pendekatan Hegelian dalam perspektif rasionalitas dalam menentukan sebuah nilai, bisa diambil menjadi tolak ukurnya. 

Semisal dalam suatu daerah, realita yang terasa dan tampak nyata adalah fakta utama dalam menilai baik atau buruk sebuah keputusan. Keputusuan yang bermuara pada kebijakan publik populis atau kontra produktif dengan pertimbangan sikap secara independen.

Semoga senantiasa berkembang dan baik dalam melihat masa depan demokrasi bangsa ini. Tidak lain demi mendapatkan tolak ukur yang tepat dalam proyeksi politik di masa yang akan datang. 

Semua demi kemaslahatan bersama tentunya, tanpa ada unsur politik pecah belah. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun