Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karawang Bekasi Sarang Kaum Pemberontak

22 November 2022   12:15 Diperbarui: 22 November 2022   12:15 1852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latar area pertempuran/gerilya di Karawang (Sumber: dokpri)

Bermula sejak tahun 2007 silam, saya mulai kerap mengunjungi lokasi bersejarah di Karawang selatan ini. Dengan rutinitas memberi penyadaran literasi dan edukasi kepada anak-anak disini. Area dusun Sinapeul hingga dusun Cicau (dahulu) memang merupakan area gerilya pasukan Republik untuk menjadi tapal batas perlawanan kepada Belanda.

Bahkan dikenal juga sebagai area konflik yang berangkat dari kepentingan kelompok laskar bersenjata pasca Kemerdekaan Indonesia. Baku tembak yang kerap terjadi disini pun telah diabadikan dalam sebuah monumen bernama Gempol Ngadeupa. Sebagai sektor yang bertanggung jawab atas bentuk aksi pertempuran frontal di area Bekasi hingga Karawang.

Baik terhadap Belanda ataupun terhadap para laskar pemberontak. Sejak bulan November 1945, daerah Karawang memang menjadi arena buruan bagi para pejuang Republik. Selain tempatnya yang strategis untuk melancarkan perang gerilya, area pegunungan Sanggabuana memang sangat mendukung bagi taktik bertahan dari segala macam gempuran.

Maka wajar bila banyak kesatuan TKR ataupun BKR yang memiliki sel-sel pengorganisasian kekuatan pada hampir setiap desa di Karawang. Selain membangun basis kekuatan massa rakyat yang dapat dimobilisasi untuk membantu perjuangan pasukan Republik. Turut serta pula kesediaan rakyat dalam menumpas gerombolan-gerombolan pengacau yang kerap melancarkan aksinya.

Hal tersebut kerap dikisahkan oleh Abah Slamet, sang empu dusun Cicau kepada para pengunjung yang datang kesana. Hal ini selalu dilakukannya dengan harapan para generasi muda dapat mengetahui kisah-kisah sejarah yang terjadi di dusunnya dahulu kala. Walaupun kisah tersebut juga didapatnya secara turun-temurun. Apalagi jika menyoal pasukan Siliwangi yang sangat dihormatinya.

Memang kala itu banyak teror yang ditujukan kepada penduduk, baik itu dari pasukan Belanda, ataupun dari para gerombolan liar yang bersenjata. Secara faktual memang, ragam peristiwa yang terjadi ada kaitannya dengan kedatangan Sekutu di Jakarta. Mereka seolah mendapatkan angin segar untuk mengacau dan membuat huru-hara demi kepentingan kelompoknya.

Apalagi, daerah Karawang memang dikenal sebagai areanya para jawara. Seperti kisah Ki Bubar, yang mengorganisasi para perampok dengan dalih hendak memberi perlawanan kepada Belanda. Tetapi faktanya, mereka tidak segan untuk merampas apa saja dari rakyat dan hal itu kerap dilakukan dengan cara kekerasan. Seperti peristiwa yang terjadi di daerah Pangkalan hingga Teluk Jambe.

Kisah tersebut pun sempat dijelaskan oleh HM Idris dalam buku "Peristiwa Karawang Kota dan Sekitarnya pada Masa Revolusi". Dimana gerombolan Ki Bubar yang melakukan teror terhadap penduduk akhirnya dapat ditumpas di sekitar area sungai Citarum, pada sebuah aksi penyergapan dari pasukan pejuang bersama rakyat.

Sama halnya dengan gerombolan Ki Gelung, yang kerap melancarkan serangan kepada para pejuang dengan dalih keyakinan berbau mistik. Serupa dengan Ki Bubar, kelompok pengacau Ki Gelung akhirnya dapat dipatahkan dalam insiden di sekitar stasiun Karawang. Ada semacam keyakinan berbau mistik memang yang kerap dijadikan unjuk kekuatan diantara para laskar pengacau keamanan ini.

Tugu Proklamasi Rengasdengklok (Sumber: dokpri)
Tugu Proklamasi Rengasdengklok (Sumber: dokpri)

Bukan hanya itu, bahkan KH. Noer Ali dari Laskar Hizbullah, sampai berkonflik dengan para laskar yang bertindak semena-mena terhadap rakyat. Lain halnya dengan gerombolan Pa Belah, yang kerap menyatroni para pedagang atau pejabat setempat di area Cikampek. Ia bersama pasukannya pada akhirnya pun ditumpas secara keras oleh pasukan TKR.

Pada umumnya, para pengacau tersebut memang memanfaatkan suasana kacau yang terjadi di setiap wilayah. Khususnya area Bekasi hingga Karawang. Alih-alih para pejuang tengah baku tembak dengan pasukan NICA, mereka justru berulah dengan mengacaukan keamanan rakyat.

Berbeda dengan Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang mengacau dengan alasan menolak persetujuan Linggarjati. Latar belakang ideologis dan politik mereka akhirnya dapat disimpulkan sebagai bagian dari rencana pemberontakan. Aksi-aksi anarkisme laskar LRJR di Karawang pada akhirnya tidak mendapatkan simpati dari rakyat. Walau diakhiri dengan jalan saling bertempur antar sesama.

Setelah aksi penculikan terhadap Mayor Suroto Kunto oleh laskar LRJR, pasukan TKR pun bergerak untuk menyelesaikan aksi mereka dengan jalan pertempuran. Letkol Daan Jahja dari Brigade Purwakarta akhirnya berhasil menghancurkan laskar LRJR di sekitar Karawang pada November 1946, sampai sisa pasukannya disidangkan dalam pengadilan militer di Subang.

Tragis memang situasi yang terjadi diantara kawasan Bekasi hingga Karawang sampai penghujung tahun 1948. Terlebih pada masa Agresi Militer Belanda I dan II, yang benar-benar telah menghancurkan dua wilayah tersebut secara brutal. Sebuah kisah sejarah yang panjang tentunya dapat diulas dalam berbagai peristiwa yang ada.

Khususnya pada fase-fase awal pasca Proklamasi sampai ke telinga rakyat Bekasi hingga Karawang. Seketika banyak dari kelompok-kelompok rakyat yang memobilisasi diri dalam kesatuan atau laskar perjuangan. Fase kritis dalam upaya konsolidasi kekuatan Republik, yang sejatinya memang bertujuan menjaga kibar Proklamasi agar tetap dipertahankan.

Sekiranya demikian, sekelumit kisah sejarah Indonesia pada masa silam yang dapat dituliskan. Baik diantara para tokoh dan pahlawan yang terlibat dalam kronik Karawang-Bekasi, sejatinya dapat memberi abstraksi bagi kita dalam melihat khasanah sejarah Indonesia secara luas.

Pengalaman membersamai anak-anak di Kab. Karawang memang memiliki kesan tersendiri hingga kini. Selain faktor nasionalisme ada juga faktor semangat yang sekiranya dapat menjadi inspirasi untuk kita semua. Diantara banyaknya area yang minim akses pendidikan atau layanan kesehatan, faktor kayakinan dalam meraih cita-cita sejatinya dapat menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi semua. Semoga bermanfaat.

*Sanggabuana-Karawang.

Latar area pertempuran/gerilya di Karawang (Sumber: dokpri)
Latar area pertempuran/gerilya di Karawang (Sumber: dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun