Tidak lengkap rasanya, jika kisah para desertir tentara asing yang pro Indonesia tanpa adanya tentara Belanda itu sendiri. Mereka ini membelot dan malah bersimpati terhadap para pejuang Republik, yang tak lain karena rasa cintanya terhadap Indonesia mulai tumbuh. Begitupula dengan beberapa masyarakat sipil Belanda, yang justru banyak memberi dukungan kepada kemerdekaan Indonesia.
Pertama, tentunya adalah seorang mantan serdadu Belanda bernama Poncke Princen. Kita semua tentu mengenalnya sebagai salah satu desertir fenomenal yang justru membela hak-hak rakyat Indonesia hingga wafatnya. Khususnya dalam upaya penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). Ialah sosok penting yang tidak dapat dilewatkan kiprahnya selama hidupnya untuk Indonesia.
Pada awal Perang Dunia II, Jerman yang kala itu menduduki Belanda, menangkap dirinya hingga dijebloskan ke dalam penjara Jerman. Hingga pada saat kebebasannya di tahun 1944, perintah wajib militer pemerintah Belanda ia tolaknya atas alasan kemanusiaan. Walau akhirnya ia tetap ditugaskan ke Indonesia, dengan terpaksa.
Nah, ketika sudah berada di Indonesia inilah, seketika Princen melakukan pembelotannya dari pasukan Belanda. Tepatnya pada 25 September 1948, ketika ia tengah bertugas di Sukabumi. Ia nekat melewati perbatasan (demarkasi) untuk bergabung dengan pasukan Republik, walau akhirnya ia justru ditahan oleh para pejuan.
Tidak sakit hati, justru ketika dibebasakan, ia malah menyatakan sikapnya untuk membela Indonesia. Dilain sisi, rasa kemanusiaannya berontak, ketika mengtahui bahwa Belanda hendak menguasai kembali Indonesia yang telah merdeka. Sejak peristiwa Agresi Militer Belanda II, Princen telah dinyatakan tergabung dalam divisi Siliwangi dibawah komando Kolonel Kemal Idris.
Bukan kaleng-kaleng, ia merasakan beratnya berjuang secara gerilya. Apalagi kala itu divisi Siliwangi harus kembali dari Jawa Tengah ke Jawa Barat, kembali ke kantong perjuangannya. Fyi, kala itu pasukan Siliwangi tengah berada di Jawa Tengah, karena kesepakatan perundingan Renville.
Berbagai pertempuran mengahadapi Belanda juga pernah dilewatinya, termasuk dengan pasukan DI/TII Jawa Barat. Termasuk saat kehilangan istrinya, yang terbunuh usai terjadi insiden dengan pasukan Belanda. Ia adalah salah satu pejuang asing yang mendapatkan Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno.
Kedua, adalah R. Bernardus Visser atau lebih dikenal dengan Idjon Djanbi. Seorang tentara kawakan ex Belanda yang turut membidani lahirnya kesatuan elite Kopassus. Idjon Djanbi adalah seorang tentara dari kesatuan Korps Speciale Troepen (KST), yang turut serta dalam upaya melawan Jepang di India. Ia adalah salah seorang mentor dalam unit Parachutisten dari kesatuan Gurkha.
Sama halnya dengan Princen, ketika Idjon Djanbi melihat perlakuan semena-mena pasukan Belanda dalam setiap Agresi Militernya, ia lantas mengutarakan kekecewaannya kepada komandan pasukan Belanda. Sepertinya rasa cintanya terhadap Indonesia sudah terbentuk lantaran ia merasa upaya mempertahankan kemerdekaan adalah sebuah hal penting bagi setiap negara.