Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyergap Belanda di Leuwigoong 1947

3 September 2022   05:30 Diperbarui: 3 September 2022   16:19 2262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu peringatan Leuwigoong, Garut (infogarut.id)

Para pasukan Belanda hanya bisa bertahan di sekitar kendaraan angkut mereka. Tidak dapat bergerak, dan terkepung dari seberang jalan. Yap, para pasukan pejuang melebarkan sayapnya ketika berhasil memukul pada raid pembuka. Selama lebih kurang satu jam, baku tembak terus terjadi. Hingga pada suatu waktu, tembakan sedikit mereda...

Suara raungan mesin pesawat P-51 Mustang mulai terdengar dari kejauhan. Yap, para pasukan Belanda ternyata meminta bantuan dari Bandung untuk membalas serangan dari para pejuang. Mereka tidak berani berlama-lama menghadapi pejuang yang semakin membuat posisi mereka terjepit.

Dikarenakan tidak adanya persenjataan berat, para pejuang akhirnya memutuskan untuk undur diri. Strategi pengepungan kemudian berubah menjadi hit and run. Mereka mundur seraya menembaki terus posisi musuh. Tentu tidak lama, ledakan bom dari pesawat menghujani posisi para pejuang.

Dari serangkaian aksi, diantara pejuang ternyata ada yang gugur terkena tembakan dari pesawat, yakni Atam Sondara (22 tahun). Dikabarkan bahwa Atam berupaya menembaki pesawat dengan senapan ringan, yang tentu saja bukan lawan sebanding. Aksi heroik yang membuat pasukan pejuang lainnya dapat mengundurkan diri dari Leuwigoong.

Ketika suasana mulai kondusif, dan pasukan Belanda telah meninggalkan lokasi, pada malam harinya, jenazah Atam baru dapat dikebumikan di kampung Cisereuh. Pejuang muda nan tangguh dan tidak mengenal takut itu telah gugur sebagai kusuma bangsa. Tidak ada kata lain yang sekiranya dapat diutarakan, selain pekik Merdeka!

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun