Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Geger Cilegon 1888 Huru Hara Usai Amuk Krakatoa

28 Agustus 2022   06:00 Diperbarui: 29 Agustus 2022   07:20 2961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu minggu usai amuk Krakatau mereda di tahun 1883, para penduduk yang selamat mulai bangkit untuk membangun pemukiman kembali. Ketersediaan pangan yang tersisa rata-rata tidak mencukupi untuk sampai akhir tahun. Semua rusak, dan rata-rata ternak yang tersisa pun terkena wabah penyakit.

Di beberapa tempat, seperti Anyer, Serang, dan Cilegon, pun mulai betebaran penyakit-penyakit berbahaya seperti pes. Bencana yang telah melanda masyarakat Banten ternyata tidak membuat Belanda simpati. Alih-alih membantu, tetapi malah menaikkan berbagai macam pajak untuk masyarakat Banten.

Tidak tanggung-tanggung, satu tahun usai bencana, kewajiban membayar pajak dibebankan jauh lebih tinggi dengan beragam syarat. Pangeran Aria Achmad Jayadiningrat hingga Sartono Kartodirjo (dalam buku Pemberontakan Petani Banten 1888) sepakat, bahwa persoalan pajak yang tidak masuk akal adalah latar belakang terjadinya gejolak sosial usai bencana Krakatau.

Parahnya, kewajiban untuk membunuh hewan ternak (kerbau) yang tersisa, diwajibkan oleh Belanda dengan alasan kesehatan. Dilain pihak, Belanda nyaris tidak perduli dengan kondisi sosial yang tampak parah kala itu. Justru mulai membangkitkan sentimen berlatar agama kepada para pemuka agama setempat.

Hancurnya Kesultanan Banten pada 1813, usai dihapuskan oleh pemerintah kolonial, membuat masyarakat membangun kembali kekuatan kelompok-kelompok agama sebagai basis solidaritasnya (dalam buku Banten, Sejarah dan Peradaban X-XVII/Claude Guillot).

Kekuatan solidaritas berideologi agama inilah yang perlahan mulai dikhawatirkan oleh Belanda. Mereka kerap mengirimkan mata-matanya hanya untuk mengawasi sebuah pengajian.

Nah, dilain pihak, masyarakat Banten sudah semakin tertekan, akibat maraknya gagal panen akibat penurunan iklim dunia pasca bencana. Baik dalam sektor pertanian ataupun perkebunan, nyaris tidak ada lagi ketahanan pangan pada masyarakat. Hingga tahun 1884, penerapan wajib pajak dianggap sudah semakin tidak manusiawi.

Seperti pajak perahu, pajak jiwa, pajak pasar, dan pajak tanah pertanian. Baik dalam proses tanam, panen, ataupun tidak ditanami, semua tanah dikenakan wajib pajak yang dirasa tidak rasional.

Maka tidak ada tempat lain untuk berlindung dalam ikatan solidaritas, selain pada perkumpulan-perkumpulan keagamaan tersebut. Minimal untuk membangkitkan moril dalam menghadapi kesengsaraan yang tengah melanda. Dimana tokoh-tokoh agama kala itu dapat memberi sumbangsih lebih baik secara spiritual maupun moril untuk membangkitkan perlawanan.

Terlebih ketika K.H. Tubagus Ismail telah datang dari Mekkah pada 1884. Semangat pergerakan untuk menghimpun kekuatan rakyat semakin masif terjadi di berbagai desa. Maka, perlahan demi perlahan semangat perlawanan dapat bangkit untuk menentang kaum kolonial. Selama tahun 1885 hingga 1886, segala konsolidasi gerakan semakin dipergiat melalui kegiatan-kegiatan agama.

Pada tahun 1887, Haji Wasyid berhasil menghimpun kekuatan yang besar tatkala Haji Iskak bersedia colabs bareng untuk melakukan perlawanan. Bersama K.H. Tubagus Ismail, Haji Wasyid, Haji Iskak, K.H. Muhammad Ahya, H. Marzuki dan tokoh agama lain, secara sistemtis telah merancang skenario perlawanan.

Tentu, target utamanya adalah orang-orang Belanda, dan pejabat setempat yang kerap berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat. Terlebih kepada para centeng yang kerap berlaku kasar kepada rakyat, ketika menarik pajak.

Hingga pada bulan Juli 1888, perlawanan baru berhasil dilancarkan, dengan persiapan yang memang telah diupayakan secara matang. Dengan bersenjata tombak dan golok, para pejuang Banten menuju lokasi-lokasi para pejabat pemerintahan di Cilegon. Diantara para korbannya ada Henri F. Dumas, Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Gubbels, Ulri Bachet, dan Mas Kramadireja.

Mas Kramadireja sendiri adalah seorang sipir penjara yang terbunuh ketika huru-hara juga terjadi di penjara Cilegon. Tetapi, salah seorang target dapat melarikan diri dan langsung meminta bantuan pasukan dari Serang.

Penjagaan rumah Haji Wasyid usai Geger Cilegon (bantenprov.sikn.go.id)
Penjagaan rumah Haji Wasyid usai Geger Cilegon (bantenprov.sikn.go.id)

Maka, tak lama, 40 pasukan Belanda bersenjata lengkap datang menuju Cilegon dan langsung menumpas perlawanan para ulama tersebut. Banyak diantara para pejuang yang tertangkap dan diasingkan ke daerah lain. Tetapi tidak untuk Haji Wasyid, yang dianggap sebagai pemimpin perlawanan. Beliau dijatuhi hukuman gantung, untuk mematahkan moril para pejuang lain yang mundur.

Praktis sudah, usai diredamnya perlawanan para petani Banten, maka perlawanan rakyat sedikit demi sedikit mengendur. Berkenaan dengan hadirnya para intelektual, yang mulai memperkenalkan organisasi kedaerahan dengan sedikit pendekatan diplomatis dengan pemerintahan kolonial.

Belajar dari peristiwa ini, maka Belanda mulai mengendurkan kebijakan pajak terhadap para petani Banten. Khususnya selama masa perbaikan ekonomi rakyat pasca bencana. Baik dalam sektor ekonomi ataupun kebijakan politik. Walau tetap saja tidak konsisten dalam pelaksanaannya.

Sekiranya ini yang dapat dikisahkan melalui tulisan singkat. Bahwa dampak sosial dan politik pasca peristiwa amuk Krakatoa, adalah fakta sejarah yang memiliki korelasi dengan peristiwa lainnya. Tentu saja agar kita dapat kembali mengenang perjuangan para ulama Banten dalam memperjuangkan rakyatnya dari kekejaman kolonialis Belanda. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun