Material vulkanik yang menyebar dari ketinggian sekitar 40 km, bersama gelombang tsunami setinggi 37 hingga 15 meter, tanpa ampun menerjang segala apa yang dilaluinya. Suara ledakannya jelas dapat langsung menghancurkan gendang telinga, karena jika disetarakan dengan bom terbesar saat ini (Tsar Bomba), maka kekuatannya ledakan setara 4 kali lipatnya.
Rudolph Eduard Kerkhoven, dalam sebuah surat menuliskan bahwa suara ledakan Krakatau terdengar jelas hingga kerumahnya di daerah Ciwidey, Bandung.
Belum lagi banyaknya terjadi likuifaksi, yang membuat tanah bergeser dan amblas akibat gempa yang terjadi hingga beberapa waktu lamanya. Maka, tak ayal, hampir seluruh rumah penduduk ataupun bangunan di radius bencana, dapat dipastikan hancur atau rubuh. Begitupula dengan rangkaian rel kereta api, yang membentang di sepanjang area Anyer hingga Merak, rusak tak beraturan.
Seketika tercatat lebih kurang sekitar 1000 jiwa meninggal akibat awan panas. Dengan total sekitar 36. 417 jiwa korban hasil dari data pemerintah Hindia Belanda. Penduduk pulau Sebesi yang berada tak jauh dari Krakatau, tidak ada satupun yang diketemukan selamat, usai peristiwa tersebut.
Begitupula dengan pulau Rakata, yang hancur lebur dengan menyisakan tiga pulau kecil tak berpenghuni. Kini, diantara ketiga pulau tersebut dapat ditemui gunung Anak Krakatau, yang tampak aktif dan menyimpan kekuatan dahsyatnya.
Hingga beberapa tahun lamanya, dampak terhadap sektor pertanian dan ekonomi masyarakat Jawa dan Sumatera mengalami krisis. Nah, Sartono Kartodirjo dalam penelitian peristiwa pemberontakan petani Banten 1888 menyebutkan, bahwa dampak dari bencana tersebut juga menimbulkan gejolak sosial yang berujung pada perlawanan petani Banten terhadap Belanda.
Hal ini tentu hasil dari analisis terpuruknya sistem perekonomian masyarakat Banten pasca bencana. Gejolak sosial yang kemudian berkembang, tak lain akibat dari krisis yang tidak terselesaikan dengan baik. Sehingga memicu perlawanan rakyat terhadap para tuan tanah ataupun pejabat setempat.
Satu tahun setelah letusan, beberapa catatan menyebutkan, di berbagai belahan dunia mengalami penurunan suhu hingga penurunan curah hujan di beberapa negara. Pada beberapa kasus, hujan asam yang terbawa dari angin Krakatau ini, mengakibatkan terjadinya berbagai kematian tanaman dan ternak.
Muhammad Saleh, salah seorang pedagang asal Sumatera Barat yang selamat dalam bencana tersebut mengisahkannya dalam Syair Lampung Karam. Kala itu, Muhammad Saleh dikisahkan tengah berada di Lampung dan berhasil mengungsi hingga ke Singapura. "...Mengatakan datang kapalnya api, Lalu berjalan berperi-peri, Nyatalah Rakata empunya bunyi...".