Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Bung Hatta dari Lagu Iwan Fals

12 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 12 Agustus 2022   12:47 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Hatta (wikipedia)

Kita semua mengenal sosok Proklamator yang satu ini rasanya lebih dekat karena sifat kebersahajaannya. Sifat kesederhanaan, yang juga sangat lekat di hati rakyat Indonesia. Tepat pada tanggal 12 Agustus 1902 silam, Bung Hatta dilahirkan di kota Bukittinggi, Sumatera Barat, dengan memiliki nama lengkap Mohammad Hatta.

Generasi saat ini mungkin lebih mengenal sosok beliau melalui salah satu lagu yang dilantunkan oleh Iwan Fals, dengan judul "Bung Hatta". Selain dari liriknya yang enak didengar, tembang ini sangat kental dengan pesan dan makna mendalam terhadap tokoh Bung Hatta di mata rakyat Indonesia.

Iwan Fals adalah sosok yang memperkenalkan Bung Hatta hingga generasi saat ini. Sebuah nama yang tidak lekang oleh zaman. Seperti lirik yang ditulisnya dalam lagu "Bung Hatta".

"Tuhan terlalu cepat semua"

"Kau panggil satu-satunya yang tersisa"

"Proklamator tercinta..."

"Jujur, lugu dan bijaksana"

"Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa"

"Rakyat Indonesia..."

Pada lirik tersebut, Iwan Fals jelas memposisikan Bung Hatta sebagai sosok yang dicintai. Bukan sekedar beliau adalah salah satu Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Tetapi lebih mengedepankan penokohan yang sangat bijaksana, selama Bung Hatta berkiprah untuk bangsa.

Terlebih ketika Bung Hatta wafat. Rasa duka mendalam segenap rakyat Indonesia juga tak luput dari perhatian Iwan Fals. Kala itu memang, suasana berkabung nasional menyelimuti segenap lapisan masyarakat. Baik di kota-kota dan desa-desa, semua turut mengiringi kepergian beliau untuk selama-lamanya pada 14 Maret 1980.

"Hujan air mata dari pelosok Negeri"

"Saat melepas, engkau pergi"

"Berjuta kepala tertunduk haru"

"Terlintas nama seorang sahabat"

"Yang tak lepas dari namamu..."

Seolah kehilangan seorang sosok sahabat, yang senantiasa ada dan hadir ditengah persoalan Negeri. Dengan berbagai kontribusinya yang ditujukan untuk membangun bangsa yang besar, Indonesia. Ya, itulah sosok Bung Hatta, yang fenomenal dan eksentrik serta memiliki karakter kuat dalam pendiriannya.

Iwan Fals sendiri menciptakan lagu Bung Hatta pada tahun 1981, belum genap setahun setelah kepergian beliau. Semua berangkat dari pengalamannya ketika menyaksikan Indonesia yang tengah berduka kala itu. Tentu saja selain kebanggaan Iwan Fals terhadap Bung Hatta, adalah bagian penting yang tidak dapat dilepaskan.

"Terbayang baktimu, terbayang jasamu"

"Terbayang jelas, jiwa sederhanamu"

"Bernisan banggsa, berkafan doa"

"Dari kami, yang merindukan orang, sepertimu..."

Kebanggan, tentu saja, Indonesia memiliki seorang tokoh sekaliber beliau, yang seluruh hidupnya dicurahkan untuk bangsa dan negaranya. Bahkan nyaris tidak memikirkan mengenai harta dan tahta. Hanya keberpihakan kepada kebenaran dan semangat perubahan, Bung Hatta, rela memberi hidupnya untuk Indonesia.

Jelas, bangsa ini sangat merindukan seseorang layaknya beliau. Seorang tokoh yang disegani, baik dikalangan pemimpin dunia, ataupun Republik. Berjuta jasa dan kontribusinya semoga masih dapat terus dikenang oleh generasi nanti. Tidak sekedar sebagai seorang Proklamator, melainkan kontribusi lainnya untuk bangsa ini.

Berkat Iwan Fals, nama Bung Hatta dapat terus terdengar dari berbagai sudut gang sempit, ditengah belantara beton. Berkat Iwan Fals, nama Bung Hatta selalu dikenang oleh generasi saat ini. Begitupula dengan harapan-harapan besar untuk generasi nanti, dari tauladan yang telah Bung Hatta contohkan kepada kita. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun