Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagai Kisah Menarik Gerilya Jenderal Soedirman (I)

3 Agustus 2022   06:00 Diperbarui: 3 Agustus 2022   06:03 4296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh yang satu ini adalah icon dunia militer yang tidak dapat tergantikan. Bahkan kisahnya telah banyak diangkat dalam berbagai literasi ataupun film layar lebar. Ialah Jenderal Soedirman, Sang Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia. Seorang guru yang khatam siasat tempur dan perjuangan, terlebih dengan dukungan para pengawalnya yang keren-keren.

Bukan jadi rahasia umum, bila Sang Jenderal adalah sosok yang sangat diburu oleh Belanda. Baik hidup atau mati, semua diupayakan untuk mematahkan perlawanannya. Karena kehadirannya adalah simbol dari para pejuang. Dengan tekad lebih baik berkalang tanah, daripada kemerdekaan dirampas.

Jenderal Soedirman adalah "otak" dibalik kemenangan para pejuang dalam pertempuran Ambarawa, pada bulan Oktober 1945. Kala itu, para pejuang berhasil mematahkan upaya militer Sekutu dan NICA untuk menguasai Ambarawa. Hingga membuat mereka mundur kembali ke Semarang. Sebuah kemenangan yang luar biasa, jika dilihat dari perbandingan persenjataan antara Sekutu dengan pejuang.

Tatkala Belanda telah berhasil menguasai Jogjakarta pada Agresi Militernya yang kedua, pilihan Jenderal Soedirman hanya satu, yakni gerilya. Bersama beberapa pengawalnya, beliau memutuskan untuk keluar masuk hutan demi mempertahankan kedaulatan Republik.

Para pengawal yang keren-keren itu tentu saja ada T.B. Simatupang dan A.H. Nasution sebagai ahli strategi tempur. Belum lagi Oerip Soemohardjo, Latief Hendraningrat, Soepardjo Rustam, Tjokropranolo, dr. Moestopo, hingga Soeprapto (korban peristiwa 1965). Nah, selama gerilya inilah Jenderal Soedirman kerap menemukan kisah-kisah menarik nan menggelitik untuk sekiranya dapat disimak.

Yuk kepoin...

Pertama adalah sejak beliau keluar dari Jogjakarta menuju Playen, Gunung Kidul yang berjarak sekitar 26 km. Dengan sebuah muslihat, beliau berhasil mengelabui Belanda yang tertipu untuk menyergapnya di desa Wonosari. Padahal beliau menuju ke Semanu naik delman yang ditarik oleh pasukan pengawal. Padahal mata-mata Belanda banyak banget lho kala itu. Kok bisa ya Belanda terkecoh...

Kedua adalah ketika beliau tiba di Wonogiri, karena tidak ingin berlama di daerah ini, maka bersama rombongannya langsung menuju ke Ponorogo. Tak lama usai berangkat, kota tersebut langsung dijatuhi bom oleh Belanda. Wah, kira-kira jutsu apa yang dimiliki Sang Jenderal ya? Apa beliau mempunyai mata jougan seperti yang dimiliki oleh Boruto?

Ketiga dari Ponorogo seolah ada perasaan tak lazim yang dirasakan oleh pasukan, hingga tak lama kemudian sampai di Trenggalek. Nah, disini mulai ada hal-hal yang meresahkan. Yakni ketika salah seorang warga mengajukan diri sebagai penunjuk jalan. Karena sejak berangkat dari Parangtritis, Jenderal Soedirman selalu ditandu atau digendong oleh para pengawalnya.

Singkat cerita, seseorang yang dipercaya sebagai penunjuk jalan tersebut, justru kerap menghilang ketika pasukan sedang istirahat. So pasti pada kepo dong, takutnya si pemandu membocorkan posisi gerilyawan kepada Belanda. Eh, telisik punya telisik, si pemandu kerap menghindari kerumunan pasukan lantaran dia adalah seorang perempuan, yang bertingkah layaknya laki-laki.

Mungkin karena tidak mau identitasnya diketahui. Bahwa seorang perempuan bisa turut bergerilya bersama Sang Jenderal. Hal itulah yang kerap membuat Tjokropanolo terpingkal kala mengingat peristiwa tersebut. "Makanya dia tidak pernah mau mandi bersama kita (pasukan)", kenangnya.

Keempat adalah seketika hendak sampai di Kediri, setelah menempuh perjalanan sepanjang 170 km. Pasukan Jenderal Soedirman tiba-tiba disergap oleh pasukan dari Batalyon 102 di Tulungagung. Ketika ditangkap pasukan pengawal Jenderal Soedirman sempat adu bacot dengan para pasukan penangkap, agar segera dipertemukan dengan pimpinannya.

Beberapa saat ketika telah bertemu, seketika Kapten Zainal Fanani (pemimpin pasukan penangkap) langsung bersujud sambil menangis dihadapan Sang Jenderal, karena kaget bukan kepalang saat mengetahui bahwa yang ditangkap pasukannya adalah Sang Panglima Besar. Nah lho, apakah ini henge no jutsu?

Yap, mereka tidak menyangka bahwa sosok dibalik pakaian ala kadarnya, berpeci dan mantel hijau lusuh adalah seorang Panglima Besar Jenderal Soedirman. Usai peristiwa itu beliau langsung dijemput oleh pasukan Kolonel Soengkono untuk menuju Kediri.

Kelima selama di Kediri, ternyata pasukan Jenderal Soedirman mulai diketahui oleh mata-mata Belanda. Hingga pada suatu malam, Sang Jenderal memberi instruksi kepada para pengawalnya, untuk bersiap siaga, karena beliau ingin memakai kagebunshin no jutsu, yakni menggandakan tandu menjadi dua. Wah, maksudnya bagaimana?

Intinya Jenderal Soedirman ingin mengecoh mata-mata Belanda, untuk mengikuti tandu yang keluar dari desa. Bersama beberapa pengawalnya yang tersisa, beliau lantas memilih arah berbeda yang dapat memberi jarak terhadap upaya sergapan Belanda. Padahal beliau tidak berada di dalam tandu tersebut. Pasti beliau punya cakra yang besar ya, hingga bisa membagi pasukannya menjadi dua.

Nah, sekiranya itulah lima kisah yang seru dan menarik ini dapat penulis sampaikan. Tentunya agar kita mengetahui dan memahami, bahwa perjuangan Jenderal Soedirman harus terus menjadi pengobar semangat buat diri kita. Fyi, selama memimpin gerilya beliau hanya memiliki satu paru-paru yang berfungsi untuk bernapas lho.

Selanjutnya kita ulas kisah menarik lainnya dari Sang Jenderal pada artikel berikutnya ya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun