Tokoh yang satu ini adalah icon dunia militer yang tidak dapat tergantikan. Bahkan kisahnya telah banyak diangkat dalam berbagai literasi ataupun film layar lebar. Ialah Jenderal Soedirman, Sang Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia. Seorang guru yang khatam siasat tempur dan perjuangan, terlebih dengan dukungan para pengawalnya yang keren-keren.
Bukan jadi rahasia umum, bila Sang Jenderal adalah sosok yang sangat diburu oleh Belanda. Baik hidup atau mati, semua diupayakan untuk mematahkan perlawanannya. Karena kehadirannya adalah simbol dari para pejuang. Dengan tekad lebih baik berkalang tanah, daripada kemerdekaan dirampas.
Jenderal Soedirman adalah "otak" dibalik kemenangan para pejuang dalam pertempuran Ambarawa, pada bulan Oktober 1945. Kala itu, para pejuang berhasil mematahkan upaya militer Sekutu dan NICA untuk menguasai Ambarawa. Hingga membuat mereka mundur kembali ke Semarang. Sebuah kemenangan yang luar biasa, jika dilihat dari perbandingan persenjataan antara Sekutu dengan pejuang.
Tatkala Belanda telah berhasil menguasai Jogjakarta pada Agresi Militernya yang kedua, pilihan Jenderal Soedirman hanya satu, yakni gerilya. Bersama beberapa pengawalnya, beliau memutuskan untuk keluar masuk hutan demi mempertahankan kedaulatan Republik.
Para pengawal yang keren-keren itu tentu saja ada T.B. Simatupang dan A.H. Nasution sebagai ahli strategi tempur. Belum lagi Oerip Soemohardjo, Latief Hendraningrat, Soepardjo Rustam, Tjokropranolo, dr. Moestopo, hingga Soeprapto (korban peristiwa 1965). Nah, selama gerilya inilah Jenderal Soedirman kerap menemukan kisah-kisah menarik nan menggelitik untuk sekiranya dapat disimak.
Yuk kepoin...
Pertama adalah sejak beliau keluar dari Jogjakarta menuju Playen, Gunung Kidul yang berjarak sekitar 26 km. Dengan sebuah muslihat, beliau berhasil mengelabui Belanda yang tertipu untuk menyergapnya di desa Wonosari. Padahal beliau menuju ke Semanu naik delman yang ditarik oleh pasukan pengawal. Padahal mata-mata Belanda banyak banget lho kala itu. Kok bisa ya Belanda terkecoh...
Kedua adalah ketika beliau tiba di Wonogiri, karena tidak ingin berlama di daerah ini, maka bersama rombongannya langsung menuju ke Ponorogo. Tak lama usai berangkat, kota tersebut langsung dijatuhi bom oleh Belanda. Wah, kira-kira jutsu apa yang dimiliki Sang Jenderal ya? Apa beliau mempunyai mata jougan seperti yang dimiliki oleh Boruto?
Ketiga dari Ponorogo seolah ada perasaan tak lazim yang dirasakan oleh pasukan, hingga tak lama kemudian sampai di Trenggalek. Nah, disini mulai ada hal-hal yang meresahkan. Yakni ketika salah seorang warga mengajukan diri sebagai penunjuk jalan. Karena sejak berangkat dari Parangtritis, Jenderal Soedirman selalu ditandu atau digendong oleh para pengawalnya.
Singkat cerita, seseorang yang dipercaya sebagai penunjuk jalan tersebut, justru kerap menghilang ketika pasukan sedang istirahat. So pasti pada kepo dong, takutnya si pemandu membocorkan posisi gerilyawan kepada Belanda. Eh, telisik punya telisik, si pemandu kerap menghindari kerumunan pasukan lantaran dia adalah seorang perempuan, yang bertingkah layaknya laki-laki.